berita militer indonesia terbaru

Friday, 6 December 2013

INS Vikramaditya dan Menteri Pertahanan India AK Antony berjumpa di Rusia

0 komentar
India menugaskan sebuah kapal induk baru kedalam armada lautnya yang berkembang pesat untuk mempertegas pernyataan aspirasi laut biru AL dan peran AL dalam melindungi jalur komunikasi laut [SLOCs] yang melintas melalui Lautan Hindia.
Rusia menyerahkan kapal induk INS Vikramaditya buatan Rusia ke India tanggal 16 Nov. pada sebuah upacara di galangan kapal Sevmash di Severodvinsk, Rusia Utara. Kapal induk tersebut, yang dulu dikenal sebagai Admiral Gorshkov, pernah menjadi bagian dari AL Soviet. Kapal induk tersebut diperlengkapi ulang untuk AL India dengan biaya sebesar $2,35 miliar USD.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin dan Menteri Pertahanan India, A K Antony menghadiri upacara serah terima bersama Laksamana AL, Devendra Kumar Joshi.
Kapal perang tersebut diserah terimakan pada AL India di galangan kapal Rusia, hampir lima tahun setelah tenggat waktu pengiriman semula yang dijadwalkan pada Desember 2008. Rusia telah menawarkan kapal perang tersebut kepada India tahun 1995 dengan klausul. bahwa India akan membayar biaya perlengkapan ulang.
Kontrak ditandatangani pada Oktober 2000, tetapi negosiasi mengenai biaya perlengkapan ulang telah berlangsung selama beberapa tahun. Sebuah masalah dalam ketel uap terdeteksi sewaktu uji-coba di laut pada bulan Juli 2012, dan diperlukan satu tahun penuh untuk memperbaikinya.
Pada awalnya, kapal perang tersebut telah diresmikan sebagai Kapal AL India [INS] Vikramaditya [yang berarti “setegar sang surya”]. Sekarang, kapal tersebut sedang berlayar menuju India – pelayaran selama enam minggu melalui Terusan Suez – dan akan ditempatkankan di pangkalan laut Karwar, di pesisir barat India, kata AL India. Kapal tersebut mengangkut kru sebanyak 1.400 orang.
“Perkembangan ekonomi India bergantung pada laut dan pengamanan kepentingan maritim nasional berpusat pada kebijakan nasional,” kata Antony setelah para pejabat dari India dan Rusia menandatangani dokumen untuk penyerahan kapal. “Induksi ‘Vikramaditya’ yang diintegrasikan dengan pesawat tempur MiG-29K dan helikopter Kamov-31, tidak hanya memperkuat kebijakan pusat, tetapi juga menambah dimensi baru terhadap kemampuan operasional AL kita,” ia menambahkan, sambil secara sekilas merujuk pada peran “dominasi” New Delhi yang telah diemban di Wilayah Lautan Hindia.
Joshi menjelaskan peran kapal perang baru ini: “Vikramaditya akan membantu kita mencapai sasaran jangka menengah dalam pengoperasian dua kapal induk.”
Kapal induk telah merupakan bagian dari struktur kekuatan AL India sejak 1961, ketika kapal pertama tiba dari Inggris. INS Vikrant telah digunakan selama 36 tahun sebelum dipensiunkan pada tahun 1997. Kapal induk kedua, INS Viraat, tiba pada tahun 1987, lagi-lagi dari Inggris, dan masih melayani AL, bersama Sea Harriers yang ditempatkan di atas dek. Dengan kehadiran Vikramaditya, sekarang AL India akan memiliki dua kapal induk.
Pada bulan Agustus, India meluncurkan INS Vikrant, kapal induk buatan dalam negeri, berbobot 48.502-ton yang dijadwalkan untuk digabungkan pada tahun 2017.
Transformasi relik Soviet
Pekerjaan yang terbesar adalah mentransformasikan relik era Soviet – yang semula diklasifikasikan sebagai “kapal penjelajah berat” dari desain sekelas-Kiev pada tahun 1970-an ke kapal induk modern yang mampu bertahan dan mendominasi laut. Kapal tersebut disandarkan pada tahun 1978 di galangan kapal Nikolayev South di Ukraina, diluncurkan tahun 1982, dan ditugaskan pada AL Soviet pada tahun 1987 dengan nama “Baku” [sekarang ibu kota Azerbaijan]. Saat kejatuhan Uni Soviet pada tahun 1991, kapal tersebut diubah namanya menjadi Admiral Gorshkov. Ledakan ruang ketel pada tahun 1994 telah menyebabkan kapal itu bersandar di dok selama satu tahun.
Pasca transformasi, kapal bertenaga uap ini telah memiliki mesin baru yang menghasilkan dorongan yang lebih besar dengan menggunakan diesel sulfur rendah berkecepatan tinggi. Dek penerbangan telah dirombak. Semula, kapal tersebut dirancang untuk mengangkut helikopter dan pesawat tinggal landas dan pendaratan vertikal [VTOL] Yakolev Yak-38. Kontrak program perlengkapan ulang India termasuk perubahan untuk memungkinkan STOBAR [tinggal-landas jarak pendek tetapi dengan perlengkapan penahan untuk pendaratan melalui mode arresting wires]. Kapal tersebut diperlengkapi ulang dengan “ski-jump” di dek, sementara kait ekor pesawat dan kawat penahan digunakan untuk membantu pendaratan, yang memerlukan perpanjangan dek penerbangan di bagian buritan.
Kapal perang tersebut diperlengkapi ulang dengan radar kompleks "Resistor-E", sistem otomatis yang dirancang untuk memberikan kontrol lalu lintas udara, pendekatan, navigasi pendaratan dan navigasi kisaran pendek untuk pesawat yang terbang dari kapal tersebut. “Kompleks ini berikut berbagai sub-sistemnya memberikan data navigasi dan penerbangan ke pesawat yang dibawa kapal, yang beroperasi pada kisaran yang lebih luas dari kapal induk," kata juru bicara Kementerian Pertahanan India, Sitanshu Kar. “Sistem panduan pendekatan presisi membantu pesawat tempur saat mendekati kapal, untuk diarahkan turun hingga jarak sedekat 30 meter [99 kaki] dari dek penerbangan.”
Sensor dan perlengkapan baru, seperti Radar Pengintaian Udara Jarak Jauh, Electronic Warfare Suite, yang mampu mendeteksi dan menemukan emisi elektronik, telah mengubah kapal tersebut menjadi platform modern. Perlengkapan jenis multi ragam ini diperlukan untuk mengoperasikan berbagai pesawat yang menyertakan pesawat tempur MiG-29K dan Sea Harrier. Helikopter di atas kapal induk akan menyertakan helikopter Kamov-28 berkemampuan anti-kapal selam dan helikopter Kamov-31 dengan perlengkapan peringatan dini untuk tinggal landas.
Dengan kecepatan tertinggi 32 knot dan jarak tempuh sejauh 25.000 kilometer [13.500 mil laut] pada kecepatan jelajah 18 knot, Vikramaditya memiliki panjang 283 meter [928 kaki] dengan lebar badan 51 meter [167 kaki] dan kedalaman 10,2 meter [33 kaki]. Kapal tersebut memiliki empat mesin turbin uap.
MiG-29K ‘serangan jarak jauh dan pasti’
Motto Vikramaditya adalah “serangan jarak jauh dan pasti,” dan sasaran itu akan dicapai dengan pesawat pemburu MiG-29K yang dibawa kapal. Pesawat tersebut memiliki jarak tempuh 1.300 kilometer [807 mil] yang dapat dilipatgandakan dengan pengisian bahan bakar di udara, menggunakan Ilyushin-78 milik AU India yang berasal dari Rusia. Akhiran huruf “K” pada MiG-29K adalah singkatan untuk “Korabelny,” yang berarti kapal yang berasal dari Rusia.
Pesawat tersebut telah dikirim dan ditempatkan di pangkalan Laut di Goa, di mana skuadron MiG-29K pertama diubah namanya menjadi “Black Panthers” yang diresmikan pada bulan Mei. Mesin RD-33MK baru memungkinkan dorongan tenaga lebih besar untuk  pesawat jet tersebut. Radar Zhuk-ME memberikan kisaran deteksi lebih besar pada target udara. Pesawat jet dapat mencapai target di darat, di udara dan di air. Misil jarak menengah “udara-ke-udara” memiliki hulu ledak homing radar aktif. Misil anti-kapal, Kh-31A dan Kh-35A, diperlengkapi dengan hulu ledak homing radar aktif.
Antony memuji kemitraan India-Rusia
Ini bukan yang pertama kali India membeli perlengkapan besar dari Rusia. Beberapa dekade lalu, Moskow telah memasok pesawat jet tempur Sukhoi-30-MKI, tank T-90, peluncur roket multi-barrel, fregat siluman angkatan laut dan bahkan menyewakan kapal selam nuklir kelas Akula.
Antony mengistilahkan hari penyerahan sebagai “hari surat merah” dalam sejarah kerja sama India-Rusia dan menambahkan, “hubungan ini tetap merupakan masalah prioritas tertinggi bagi kedua bangsa.” Ia mengatakan Vikramaditya “telah mendorong kemitraan strategis antara bangsa kita ke tingkat baru….kapal tersebut melambangkan kemitraan strategis khusus dan istimewa yang teruji waktu pada kemitraan kita yang telah lama terjalin.”
India telah menjadi sekutu militer Uni Soviet sejak 1960-an dan berpihak kepada Blok Soviet selama Perang Dingin. Pada dekade lalu, New Delhi telah memupuk hubungan pertahanan dengan A.S. Sebuah deklarasi bersama mengenai produksi bersama perlengkapan militer  diumumkan setelah KTT antara Presiden A.S. Barack Obama dan Perdana Menteri India, Manmohan Singh pada bulan September.

Leave a Reply

 
beritamiliterindonesia © 2014 | Designed By Blogger Templates