berita militer indonesia terbaru

Friday, 30 May 2014

Pesawat Tempur Yakovlev Yak-141 Freestyle

1 komentar
Yakovlev Yak-141 Freestyle adalah pesawat jet tempur berkecepatan supersonik yang memiliki kemampuan lepas-landas dan mendarat secara vertikal (VTOL: Vertical Take-Off and Landing). Jet tempur ini dirancang oleh perusahaan Yakovlev, Rusia yang waktu itu masih berbentuk Uni Soviet. Oleh beberapa kalangan, pesawat ini hanya disebut dengan nama Yak-41 saja. Pihak NATO menyebutnya dengan nama Freestyle dalam laporannya. 
Menjawab kebutuhan Angkatan Laut Uni Sovyet pada pesawat tempur yang secara komprehensif mampu diandalkan untuk misi pertahanan udara armada laut, perusahaan Yakovlev menawarkan desain Yak-41 kepada militer Soviet pada tahun 1975.
Dengan segera tawaran ini diterima tanpa melalui proses tender yang melibatkan perusahaan dirgantara Soviet / Rusia yang lain seperti Sukhoi dan Mikoyan. Dan Alexander Yakovlev Sergeyevich pun ditunjuk untuk memimpin proyek pengembangan jet tempur supersonik berteknologi VTOL ini.

Meskipun telah dibuat beberapa prototipe pesawat Yak-141 Freestyle dan telah berhasil menjalani uji coba penerbangan, namun akhirnya proyek pengembangan dan pembuatan jet tempur VTOL ini terpaksa dihentikan oleh pihak Soviet (Rusia) karena alasan tidak adanya anggaran.

Produsen : Yakovlev (Rusia)
Type : Jet tempur pertahanan udara armada laut
Penerbangan perdana : 9 Maret 1987
Proyek dan produksi secara resmi dibatalkan pada Agustus 1991

Spesifikasi Jet Tempur Yak-141 Freestyle :

Karakteristik Umum :

  • Crew: 1
  • Panjang: 18.36 m
  • Lebar Sayap: 10.105 m
  • Tinggi: 5.00 m
  • Luas Area Sayap: 31.7 m²
  • Berat Kosong: 11.650 kg
  • Berat Maksimum Lepas-Landas: 19.500 kg
  • Mesin Utama: 1 Unit MNPK Soyuz R-79V-300 lift/cruise turbofan
Kinerja :
  • Kecepatan Maksimum: 1.800 km/jam (1,118 mph, Mach 1.4+)
  • Jarak Jangkau: 2.100 km
  • Jangkauan Terjauh: 3.000 km
  • Service ceiling: 15.500 m
  • Daya panjat: 15.000 m/menit
Persenjataan :
  • Senapan: 1 Unit GSh-301 kaliber 30 mm dengan 120 putaran
  • Hardpoints: 4 dibawah sayap dan 1 dibawah body dengan total kapasitas persenjataan 2.600 kg
  • Missil: R-73 Archer, R-77 Adder atau R-27 Alamo
Wikipedia.org
Read more...
Wednesday, 28 May 2014

Pesawat Tempur F-117A Nighthawk

0 komentar
F-117A Nighthawk adalah pesawat serang darat siluman yang hanya dimiliki oleh Angkatan Udara Amerika Serikat. Pesawat ini adalah hasil dari program pesawat siluman Lockheed Have Blue, dan merupakan pesawat pertama yang dirancang khusus untuk menggunakan teknologi siluman. F-117A banyak mendapatkan publikasi pada masa Perang Teluk. Kini Angkatan Udara Amerika Serikat sudah tidak mengoperasikan lagi pesawat F-117, dikarenakan mulai dipakainya F-22 Raptor yang lebih efektif. F-117 mulai dipensiunkan secara bertahap dari Oktober 2006 sampai 2008, dan sudah tidak ada lagi pilot baru yang dilatih untuk menggunakan pesawat ini.


Penamaan huruf "F" pada pesawat ini secara resmi tidak pernah dijelaskan. Namun, diperkirakan penamaan ini menggunakan konvensi penamaan pesawat militer Angkatan Udara Amerika Serikat sebelum tahun 1962, misalnya seperti F-111. Pada pesawat militer Amerika Serikat setelah tahun 1962, penamaan "F" biasanya untuk pesawat tempur udara ke udara, "B" untuk pesawat pengebom, "A" untuk pesawat serang darat, dan "C" untuk pesawat kargo (contoh: F-15 Eagle, B-2 Spirit, A-6 Intruder, dan C-130 Hercules). Pesawat siluman ini merupakan pesawat serang darat, karena itulah huruf awal "F" dan penomorannya masih menjadi misteri.

Pada sebuah film dokumentasi yang mewawancarai seorang anggota senior tim pengembangan F-117, mengatakan bahwa pilot-pilot terbaik akan lebih tertarik untuk mencoba pesawat "F", dibandingkan pesawat "B" atau "A".

Spesifikasi Jet Tempur Siluman F-117A Nighthawk :

Produsen : Lockheed Martin
Type : Pesawat Pembom dan Serangan Darat (Stealth / Siluman)
Penerbangan Perdana : 18 Juni 1981
Tahun non-aktif operasional : 2008

Karakteristik umum

  • Kru: 1
  • Panjang: 65 ft 11 in
  • Lebar sayap: 43 ft 4 in
  • Tinggi: 12 ft 9.5 in
  • Luas sayap: 780 ft²
  • Bobot kosong: 29,500 lb
  • Bobot terisi: 52,500 lb
  • Mesin: 2 unit General Electric F404-F1D2 turbofans, 10,600 lbf masing-masing
Kinerja
  • Laju maksimum: Mach 0.92 (617 mph, 993 km/h)
  • Laju jelajah: Mach 0.92
  • Jarak jangkau: 930 NM
  • Batas tertinggi servis: 69,000 ft
  • Beban sayap: 65 lb/ft²
  • Dorongan/berat: 0.40
Persenjataan
  • BLU-109 bomb hardened penetrator
  • GBU-10 Paveway II laser-guided bomb
  • GBU-12 Paveway II laser-guided bomb
  • GBU-27 Paveway III laser-guided bomb
  • JDAM INS/GPS guided munition
Read more...
Tuesday, 27 May 2014

Pesawat tempur F-20 Tigershark (Hiu Macan)

0 komentar
Pesawat tempur F-20 Tigershark (Hiu Macan), adalah pesawat tempur hasil pengembangan dari F-5 Tiger II buatan Northrop Corp (kini Northrop Grumman), Amerika Serikat. Meski mengusung teknologi yang cukup maju untuk kebutuhan pesawat tempur abad ke-21 dan telah dipertontonkan kehebatannya dalam berbagai pameran di dunia termasuk pameran kedirgantaraan Farnborough di Inggris, pesawat ini dihentikan produksinya karena tidak ada satupun pesawatnya yang laku terjual, meski sebenarnya adalah ditujukan untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger II yang dioperasikan oleh negara-negara dunia ketiga yang umumnya memiliki anggaran militer terbatas. Penyebabnya adalah kebijakan pemerintah Amerika Serikat sendiri yang memang tidak berminat mengoperasikan pesawat ini dalam jajaran armadanya, selain itu pemerintah Ronald Reagan sendiri tidak mengizinkan penjualan pesawat tersebut ke negara yang saat itu ditujukan sebagai pembeli potensial yakni India dan Taiwan, alasannya adalah pesawat itu terlalu bagus.


Dengan kemampuannya yang cukup modern, bila pembelinya Taiwan, akan membuat buruknya hubungan Amerika Serikat-RRC, sementara bila pembelinya adalah India, maka dikhawatirkan akan jatuhnya teknologi maju yang diterapkan pada pesawat tersebut ketangan Uni Soviet melalui jaringan spionasenya di India. Sementara Arab Saudi yang berminat membeli sejumlah 200 pesawat untuk meremajakan armadanya yang terdiri atas 200 pesawat F-5 Tiger II, mau membelinya jika pesawat itu juga masuk dalam jajaran operasional militer Amerika Serikat.

Pesawat tempur ini sebenarnya, seperti halnya ketika dipromosikan, adalah pesawat yang relatif murah dalam harga dan pengoperasiannya dibandingkan pesawat-pesawat tempur mutakhir lainnya seperti F-4 dan F-16 Fighting Falcon yang juga ditujukan pada negara-negara sahabat Amerika Serikat. Dengan biaya untuk pengadaan enam pesawat F-4 Phantom, dapat digunakan untuk mengadakan 14 pesawat (satu skadron) F-20 Tigershark. Disebutkan juga biaya terbangnya hanya kurang dari 1000 dolar AS perjam. Bandingkan dengan F-16 yang dua kali lipatnya, bahkan Tornado yang memakan lebih dari tiga kali lipatnya.

Pencerminan teknologi baru

Selain cukup murah dan mudah dalam perawatannya, F-20 juga memiliki waktu reaksi cukup cepat. Dalam tempo 2 menit 30 detik F-20 sudah berada 20 km dari pangkalannya dalam ketinggian 32000 feet dan mengunci pesawat musuh dalam radius 90 km dari pangkalannya. Sosoknya yang tidak jauh beda dengan F-5 Tiger II, memiliki kemampuan melesat dengan dua kali kecepatan suara (Mach-2), dilengkapi sistem avionik dan teknologi propulsi, sistem kendali yang cukup modern serta kemudi yang semua ditangani secara elektrik (fly-by-wire) yang diadopsi juga oleh F-16.

Data Teknis

  • Tipe
    Pesawat tempur dengan kursi tunggal dengan jenis penyerang taktis (tactical strike fighter), juga memiliki kemampuan untuk patroli udara (Combat Air Patrol) dengan radius 300 mil dari pangkalannya serta dapat dilengkapi tiga tangki bahan bakar 330 galon yang dapat dibuang. Dengan adanya tangki tambahan tersebut, durasi terbang F-20 bertambah lebih dari 2 jam. Serta dapat digunakan untuk pendukung tembakan di udara (Close Air Support).
  • Mesin
    Menggunakan satu mesin General Electric F-404 dengan diameter 88 cm dan berat 907 kg, yang juga diguanakan pada F/A 18 Hornet. Mesin ini berdaya dorong 60 persen lebih besar dari kedua mesin J-85-GE-21 yang digunakan F-5 Tiger II dengan daya dorong 10.000 lbs. Mesin ini dikenal irit bahan bakar dengan konsumsi 60% dari pemakaian bahan bakar yang digunakan oleh pesawat tempur berkecepatan Mach-2. Dengan bahan bakar yang sama, pesawat F-20 dapat melakukan dua sortie penerbangan dibandingkan dengan pesawat tempur yang dipakai dalam armada udara AS. Bila dibandingkan dengan mesin GE-79 yang dioperasikan F-14 Tomcat, maka mesin ini memiliki 19.000 bagian lebih sedikit , kompresor dan turbin yang kecil dibandingkan mesin pertama. Mesin ini tidak mengalami tanda-tanda stall bila dioperasikan dan telah diujicoba oleh Angkatan Laut AS, termasuk ujicoba dalam menghadapi tekanan atau gaya gravitasi. Bisa dikatakan mesin F-20 sangat ringan, kuat dan berdaya dorong tinggi dan mudah dirawat.
  • Radar dan Peralatan Avionik
    Tidak disebutkan radar jenis apa yang diaplikasikan dalam F-20 Tigershark. Disebutkan bahwa radar yang diaplikasikan memiliki kemampuan untuk mengenali segala sasaran, kemampuan melihat ke atas (look-up) dan kebawah (look-down) , mengontrol manuver dan menetukan jarak pertempuran dan berkemampuan segala cuaca serta pembacaan peta yang cukup baik. Peralatan lain yang digunakan pada dasarnya hampir sama dengan yang diaplikasikan oleh F-5 Tiger II, juga dilengkapi dengan INS (Inertial Navigation System) ditambah dengan HUD (Head Up Display).
  • Persenjataan
    F-20 dilengkapi dengan dua kanon M-39 kaliber 20 mm dengan kecepatan tembak 1400 peluru/menit dengan cadangan 450 ikat amunisi. Selain itu dapat juga dipersenjatai dengan kanon Gatling GAU-8 Avenger seperti yang diaplikasikan pada A-10 Thunderbolt II yang teruji dalam perang dapat menghancurkan tank. F-20 dilengkapi dengan rudal standar untuk pertempuran udara ke udara (Air to Air doghfight) AIM-9 Sidewinder serta rudal jarak jauh BVR (beyond visual range) AM-120 AMRAAM, rudal udara ke darat (Air Ground Missiles) AGM-65 maverick sebanyak empat rudal, serta berbagai macam bom standar seperti Bom Mk-82, smart bomb (bom pintar) serta GEPOD 30 mm (pod tambahan canon 30 mm diluar pesawat). Sementara untuk konfigurasi bantuan udara (Close Air Support) F-20 dapat membawa tujuh bom Mk-82, dua sidewinder dan dua tangki bahan bakar plus persenjataan lainnya.
Nasib malang

Dengan kemampuan, ketangguhan dan mudahnya dalam operasional dan perawatan, F-20 Tigershark sebenarnya cukup mampu dioperasikan oleh negara negara maju lebih-lebih negara-negara dunia ketiga yang memiliki anggaran militer khususnya angkatan udara terbatas. Namun tidak adanya dukungan dari Pemerintah Amerika Serikat, dengan sendirinya negara-negara dunia ketiga enggan untuk mengoperasikannya. Hal yang sering dialami oleh produsen persenjataan negara-negara Barat yang sering bertolak belakang dengan kebijakan politik pemerintahannya serta persaingan tidak sehat antar produsen senjata, sehingga hal yang ironis seperti persenjataan yang murah, mudah dan modern sering bernasib hanya sampai di tingkat ujicoba dan prototype saja.

Spesifikasi Jet Tempur F-20 Tigershark

Karakteristik Umum :
  • Kru: 1 pilot
  • Panjang: 47 ft 4 in
  • Lebar sayap: 27 ft 11.9 in / 8.53 m; with wingtip missiles
  • Tinggi: 13 ft 10 in
  • Luas sayap: 200 ft²
  • Bobot kosong: 13,150 lb
  • Bobot terisi: 15,480 lb
  • Bobot maksimum lepas landas: 27,500 lb
  • Mesin: 1 unit General Electric F404-GE-100 turbofan, 17,000 lbf
Kinerja :
  • Laju maksimum: Mach 2+
  • Radius tempur: 300 nmi ; for hi-lo-hi mission with 2 × 330 US gal (1,250 L) drop tanks
  • Jarak jangkau ferri: 1,490 nmi ; with 3 × 330 US gal (1,250 L) drop tanks
  • Batas tertinggi servis: 55,000 ft
  • Laju panjat: 52,800 ft/min
  • Beban sayap: 81.0 lb/ft²
  • Dorongan/berat: 1.1
Persenjataan :
  • Cannon: 2 Unit Pontiac M39A2 kaliber 20 mm (0.79 inchi), 280 putaran
  • Hardpoint: 5 hardpoint eksternal dengan kapasitas 3.600 kg bom, missil, roket
  • Roket: 2 Unit CRV7 atau 2 Unit LAU-10 dengan 4 Unit Zuni 5 inchi (127 mm) atau 2 Unit Matra
  • roket pod dengan 18 Unit SNEB 68 mm
  • Rudal: 2 Unit AIM-9 Sidewinders, AGM-65 Maverick udara-ke-permukaan
  • Bom: CBU-24/49/52/58, M129
Avionik :
  • General Electric AN/APG-67
Read more...
Saturday, 24 May 2014

Pesawat Tempur Sukhoi Su-30 Flanker

0 komentar
Pemerintah Republik Indonesia baru saja menerima kedatangan 2 unit jet tempur Sukhoi Su-30 dari 6 pesawat sejenis yang sudah dipesan. Pesawat ini adalah pesawat tempur yang dikembangkan oleh Sukhoi Rusia pada tahun 1996, dan masuk dalam jenis pesawat tempur multi-peran, yang efektif dipakai sebagai pesawat serang darat. Model Sukhoi SU-30 bisa dibandingkan dengan F/A-18E/F Super Hornet and F-15 Eagle, buatan Amerika Serikat.

Sukhoi Su-30 adalah pengembangan dari Su-27UB,
dan memiliki beberapa varian. Seri Su-30K dan Su-30MK telah sukses secara komersial. Varian-varian ini diproduksi oleh KNAAPO dan Irkut, yang merupakan anak perusahaan dari grup Sukhoi. KNAAPO memproduksi Su-30MKK dan Su-30MK2, yang dirancang dan dijual kepada Tiongkok. Su-30 paling mutakhir adalah seri Su-30MK buatan Irkut. Antara lain Su-30MKI, yang merupakan pesawat yang dikembangkan khusus untuk Angkatan Udara India, serta MKM untuk Malaysia dan MKA untuk Aljazair.

Sukhoi Su-30 hanya bisa dinaiki oleh dua kru. Dengan panjang 21.935 m, lebar sayap: 14.7 m, tinggi: 6.36 m, luas sayap: 62.0 m², pesawat ini cukup handal untuk terbang jarak jauh. Bobot kosong: 17,700 kg dan bobot terisi: 24,900 kg. Pesawat ini bobot maksimum lepas landas: 34,500 kg. Menggunakan mesin: 2× AL-31FL low-bypass turbofan, pesawat ini laju maksimumnya mencapai Mach 2.0 (2,120 km/h, 1,320 mph) dengan jarak jangkau: 3,000 km at altitude.

Spesifikasi Jet Tempur Sukhoi Su-30 Flanker-C :

  • Kru : 2
  • Panjang : 21,935 m
  • Lebar sayap : 14,7 m
  • Tinggi : 6,36 m
  • Luas sayap : 62,0 m²
  • Bobot kosong : 17.700 kg
  • Bobot terisi : 24.900 kg
  • Bobot maksimum lepas landas : 34.500 kg
  • Mesin : 2unit AL-31FL low-bypass turbofans
    • Dorongan kering : 7.600 kgf masing-masing
    • Dorongan dengan pembakar lanjut : 12.500 kgf masing-masing
Kinerja
  • Kecepatan maksimum : Mach 2.0 (2.120 km/jam, 1,320 mph)
  • Jarak jangkau : 3.000 km pada ketinggian maksimal penerbangan
  • Ketinggian maksimum penerbangan : 17.300 m
  • Laju panjat : 230 m/detik
  • Beban sayap : 401 kg/m²
  • Dorongan/berat : 1.0
Persenjataan
  • Cannon : 1 unit GSh-30-1 kaliber 30 mm, 150 putaran
  • Rudal Udara-ke-Udara : 6 unit R-27ER1 (AA-10C), 2 unit R-27ET1 (AA-10D), 6 unit R-73E (AA-11), 6 unit R-77 RVV-AE(AA-12)
  • Rudal Udara-ke-Permukaan : 6 unit Kh-31P/Kh-31A rudal anti radar, 6 unit Kh-29T/L rudal berpandu laser, 2 unit Kh-59ME
  • Bom : 6 unit KAB 500KR, 3 unit KAB-1500KR, 8 unit FAB-500T, 28 unit OFAB-250-270
www.republika.co.id, wikipedia.org
Read more...
Thursday, 22 May 2014

F-22 Raptor, Jet Tempur Siluman Buatan AS

0 komentar
Jet tempur berteknologi stealth (anti radar / pelacakan) F/A-22 atau yang lebih dikenal dengan nama F-22 Raptor dikembangkan untuk menggantikan jet tempur F-15 dan generasi jet tempur lainnya milik Angkatan Udara AS (USAF). F-22 Raptor dikembangkan bersamaan dengan F-23 yang merupakan saingannya dan juga salah satu dari jenis pesawat yang dioptimalkan untuk jet tempur siluman. Keduanya pun dirancang memiliki kemampuan supercruise yaitu mampu melesat dengan kecepatan supersonic tanpa afterburner. F/A-22 memiliki penampilan yang relatif konvensional dengan ekor kembar bersisi datar. Mesin pesawat memiliki nozzle vektor pendorong dua dimensi. Untuk lebih memaksimalkan teknologi stealth yang diterapkan, persenjataan disimpan di dalam tubuh pesawat atau lebih menitik beratkan pada persenjataan internal.


F-22 Raptor pertama kali dioperasikan pada bulan Desember 2005. Awalnya untuk digunakan oleh Angkatan Laut AS guna menggantikan jet tempur F-14. F-22 memang pantas disebut sebagai jet tempur terbaik di dunia karena dilengkapi dengan sensor yang prima sehingga pilot bisa memonitor kondisi pesawat dan keadaan sekitar penerbangan dengan baik. Sistem persenjataan yang melengkapinya bisa memastikan bahwa jet siluman ini yang memiliki kesempatan pertama untuk menyerang dibandingkan dengan lawan.

Sensor pada F-22 memungkinkan pilot untuk melacak, mengindentifikasi, dan menembak target sebelum kehadirannya terdeteksi oleh lawan. Teknologi avionik yang sudah dikembangkan memungkinkan sistem sensor pada F-22 dapat mengumpulkan, mengintegrasikan, dan menampilkan informasi penting bagi pilot guna mempermudah operasi tempurnya.

Peningkatan kemampuan siluman (stealth) membuat jet tempur ini secara signifikan menunjukkan kemampuannya dalam mengurangi ancaman serangan berupa tembakan missil udara ke udara atau permukaan ke udara. Kemampuan supercruise (melaju dengan kecepatan supersonik tanpa afterburner) juga bisa memberikan efek kejut yang memberikan keuntungan taktis.

Kemampuan supercruise yang dimiliki F-22 Raptor membuat pesawat ini memiliki daya jelajah yang lebih jauh dibandingkan jet tempur berkecepatan supersonik lainnya. Sedangkan pada jet tempur lainnya harus menggunakan afterburner untuk mencapai kecepatan supersonik sehingga cenderung membuat pemakaian bahan bakar menjadi lebih boros dengan konskwensi jarak jelajah terbang menjadi berkurang.

Selain itu, F-22 juga terbukti memiliki kemampuan manuver yang sempurna. Pada kecepatan tinggi pesawat ini masih tetap bisa melakukan manuver taktis yang prima. Kemampuan ini didukung oleh desain aerodinamis yang maju sehingga bisa mengungguli pesawat musuh maupun kondisi cuaca pada penerbangan.

Sejarah

Program ATF (Advanced Technology Fighter) yang melahirkan F-22 Raptor dimulai pada bulan September 1983. Saat itu kontrak pengembangan desain jet tempur siluman ini diberikan kepada 7 perusahaan. Pada oktober 1986, kontrak pengembangan diberikan kepada dua konsorsium, salah satunya terdiri dari perusahaan Lockheed (kontraktor utama), Boeing, dan General Dynamics. Sementara konsorsium yang lain terdiri dari perusahaan Northrop (kontraktor utama) dan McDonnel Douglas.

Desain pesawat yang dibuat oleh Northrop dan McDonnel Douglas, sebuah jet tempur siluman yang diberi nama YF-23A, banyak kalangan menjulukinya Black Widow II. Black Widow II diterbangkan pertama kali pada 27 Agustus 1990. Kemudian menyusul desain pesawat hasil rancangan Lockheed, Boeing, dan General Dynamics yang diberi nama YF-22A dengan julukan yang terkenal Lightning II dan diterbangkan perdana pada tanggal 29 September 1990. Dan pada bulan April 1991, desain jet tempur YF-22A yang terpilih untuk dikembangkan lebih lanjut.

Setelah terjadi pemangkasan anggaran untuk proyek ini, membuat jet tempur F-22A buatan Lockheed dan Boeing (General Dynamics telah menjual divisi tempurnya kepada Lockheed sejak Desember 1992) menjadi lambat diproduksi. Hingga akhirnya dapat dioperasikan perdana pada tahun 2005. Rencana awal akan diproduksi hingga 648 unit F-22 Raptor, tapi berkenaan dengan pemotongan anggaran yang sudah terjadi, jet tempur siluman ini hanya diproduksi sebanyak 339 unit.

Ada laporan yang berbeda mengenai pemberian nama resmi untuk jet tempur F-22A. Untuk sementara pihak Pentagon menyebutnya dengan nama "Superstar". Tapi beberapa kalangan di media bahkan sudah memberinya nama "Rapier". Sementara itu, Chris Ridlon mewakili USAF (Angkatan Udara AS) lebih memilih nama yang disebutkan oleh pabrikan Lockheed, Lightning II. Dan akhirnya kita semua tahu bahwa jet tempur siluman super canggih ini bernama Raptor…

Spesifikasi Jet Tempur Siluman F-22 Raptor


SPESIFIKASI UMUM
PembuatLockheed Martin dan Boeing
Jumlah Crew1 Orang
Harga per UnitUS$.360 juta
DIMENSI
Lebar Sayap13,56 meter
Panjang Keseluruhan18,92 meter
Tinggi Keseluruhan5,08 meter
Luas Sayap78 meter²
TENAGA PENGGERAK
Mesin Pendorong2 Unit Pratt & Whitney F119-PW-100
Rasio Bypas0.2:1
Daya Menengah116 kN
Daya Tambahan155 kN
BERAT
Operasional Kosong14.375 kg
Bahan Bakar Internal11.400 kg
Lepas Landas Normal27.200 kg
Maksimum Lepas Landas36.288 kg
Daya Angkat Sayap470 kg/m²
KINERJA
Kecepatan MaksimumMach 1,9 (beberapa sumber menyebut Mach 2,4)
Kecepatan SuprcruiseMach 1,6
Radius Tempur1.400 kilometer
Jarak Jelajah Terbang3.200 kilometer
Ceiling18.000 meter
Dorongan / Berat1.3 ~ 1.4
Gaya Gravitasi Maksimum9,5 g
PERSENJATAAN
Senapan Mesin1 × M61A2 Vulcan 20 mm Gatling dengan 480 putaran
Misil Udara ke Udara6 Unit AIM-120 AMRAAM, 2 Unit AIM-9 Sidewinder
Misil Udara ke Permukaan2 Unit 1,000 lb JDAM atau 2 Unit 1.000 £ JDAM, 2 Unit Wind Corrected Munitions Dispensers (WCMDs) atau 8 Unit 250 lb GBU-39 Small Diameter Bombs
Keterangan TambahanDiperkirakan kabin persenjataan internal dapat mengangkut sekitar 907 kg bom atau rudal. Empat cantelan yang terpasang dibawah sayap pesawat dapat digunakan untuk membawa senjata atau tanki bahan bakar tambahan yang masing-masing memiliki kapasitas 2.267 kg, tapi dengan mengorbankan kemampuan silumannya sebab benda-benda itu tidak anti radar / deteksi.

fighter-planes.com, defenseindustrydaily.com
Read more...
Wednesday, 21 May 2014

AS Kirim Kapal Perang Lagi ke Laut Hitam

0 komentar
Angkatan Laut Amerika Serikat mengirim kapal jelajah berpemandu rudal ke Laut Hitam, kata Pentagon Selasa, tawaran terakhir Washington untuk meyakinkan sekutunya yang khawatir atas intervensi Rusia di Ukraina.

"Saya dapat mengkonfirmasikan bahwa Vella Gulf, sebuah kapal jelajah Angkatan Laut, akan memasuki Laut Hitam mungkin akhir pekan ini," kata Juru Bicara Pentagon, Laksamana Muda John Kirby, kepada wartawan.

Vella Gulf akan tiba di Laut Hitam setelah keberangkatan baru-baru ini kapal fregat USS Taylor, meninggalkan daerah itu pada 12 Mei.


Sejak krisis dimulai di Ukraina pada Maret, Amerika Serikat telah mengerahkan pasukan ke negara-negara Eropa Timur untuk pelatihan militer bersama dan mengirimkan kapal-kapal ke Laut Hitam untuk latihan dengan negara-negara NATO di kawasan itu.

Tetapi Konvensi Montreux 1936 mengatur larangan negara-negara di luar Laut Hitam untuk memasukkan kapal-kapal perangnya di perairan strategis lebih dari 21 hari.

Pentagon, yang terpanggil untuk meredakan kekhawatiran sekutu yang berbatasan dengan Rusia, telah mengatakan akan menjaga penyebaran reguler pasukannya ke negara-negara anggota NATO di Eropa Timur sampai akhir tahun ini.

Semakin tinggi kehadiran militer AS juga akan "mencakup angkatan laut dan kehadiran di dari luar Laut Hitam," menurut Kirby.

Dia juga mengatakan tidak ada tanda-tanda penarikan pasukan Rusia dari perbatasan Ukraina, meskipun ada pengumuman penarikan dari Moskow.

"Mereka masih dalam jumlah puluhan ribu," kata Kirby.

"Dan kami belum melihat kegiatan penarikan," katanya.

Sebelumnya, Ukraina mengatakan pasukan Rusia telah bergerak jauh dari perbatasan, tetapi tidak mengkonfirmasikan penarikan penuh sebagaimana dituntut oleh Barat.

Layanan perbatasan Ukraina mengeluarkan pengumuman mengejutkan Selasa pagi, bahwa tidak satupun ada dari 40.000 tentara Rusia yang sekarang ditempatkan dalam 10 kilometer (enam mil) dari negara itu. (ant/mar)

Read more...
Tuesday, 20 May 2014

Pesawat Tempur F-16 Fighting Falcon

0 komentar
F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics (lalu di akuisisi oleh Lockheed Martin), di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, dan akhirnya ber-evolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. Kemampuan F-16 untuk bisa dipakai untuk segala macam misi inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat. Pesawat ini sangat populer di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.


F-16 dikenal memiliki kemampuan tempur di udara yang sangat baik, dengan inovasi seperti tutup kokpit tanpa bingkai yang memperjelas penglihatan, gagang pengendali samping untuk memudahkan kontrol pada kecepatan tinggi, dan kursi kokpit yang dirancang untuk mengurangi efek g-force pada pilot. Pesawat ini juga merupakan pesawat tempur pertama yang dibuat untu menahan belokan pada percepatan 9g.

Pada tahun 1993, General Dynamics menjual bisnis produksi pesawat mereka kepada Lockheed Corporation, yang kemudian menjadi bagian dari Lockheed Martin setelah merger dengan Martin Marietta pada tahun 1995. Pada tahun 1960-an, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat menyimpulkan bahwa masa depan pertempuran udara akan ditentukan oleh peluru kendali yang semakin modern. Dan bahwa pesawat tempur masa depan akan digunakan untuk mengejaran jarak jauh, berkecepatan tinggi, dan menggunakan sistem radar yang sangat kuat untuk mendeteksi musuh dari kejauhan. Ini membuat desain pesawat tempur masa ini lebih seperti interseptor daripada pesawat tempur klasik. Pada saat itu, Amerika Serikat menganggap pesawat F-111 (yang pada saat itu masih dalam tahap pengembangan) dan F-4 Phantom akan cukup untuk kebutuhan pesawat tempur jarak jauh dan menengah, dan didukung oleh pesawat jarak dekat bermesin tunggal seperti F-100 Super Sabre, F-104 Starfighter, dan F-8 Crusader.

Pada Perang Vietnam, Amerika Serikat menyadari bahwa masih banyak kelemahan pada pesawat-pesawat mereka. Peluru kendali udara ke udara pada masa itu masih memiliki banyak masalah, dan pemakaiannya juga dibatasi oleh aturan-aturan tertentu. Selain itu, pertempuran di udara lebih banyak berbentuk pertempuran jarak dekat dimana kelincahan di udara dan senjata jarak dekat sangat diperlukan.

Kolonel John Boyd mengembangkan teori tentang perawatan energi pada pertempuran pesawat tempur, yang bergantung pada sayap yang besar untuk bisa melakukan manuver udara yang baik. Sayap yang lebih besar akan menghasilkan gesekan yang lebih besar saat terbang, dan biasanya menghasilkan jarak jangkau yang lebih sedikit dan kecepatan maksimum yang lebih kecil. Boyd menganggap pengorbanan jarak dan kecepatan perlu untuk menghasilkan pesawat yang bisa bermanuver dengan baik. Pada saat yang sama, pengembangan F-111 menemui banyak masalah, yang mengakibatkan pembatalannya, dan munculnya desain baru, yaitu F-14 Tomcat. Dorongan Boyd tentang pentingnya pesawat yang lincah, gagalnya program F-111, dan munculnya informasi tentang MiG-25 yang saat itu kemampuannya terlalu dibesar-besarkan membuat Angkatan Udara Amerika Serikat memulai perancangan pesawat mereka sendiri, yang akhirnya menghasilkan F-15 Eagle.

Pada saat pengembangannya, F-15 berevolusi menjadi besar dan berat seperti F-111. Ini membuat Boyd frustrasi dan ia pun meyakinkan beberapa petinggi Angkatan Udara lain bahwa F-15 membutuhkan dukungan dari pesawat tempur yang lebih ringan. Grup petinggi Angkatan Udara ini menyebut diri mereka "fighter mafia", dan mereka bersikeras akan dibutuhkannya program Pesawat Tempur Ringan (Light Weight Fighter, LWF).

Pada Mei 1971, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan laporan yang mengkritik tajam program F-14 dan F-15. Kongres mengiyakan pendanaan untuk program LWF sebesar US$50 juta, dengan tambahan $12 juta pada tahun berikutnya. Beberapa perusahaan memberikan proposal, tetapi hanya General Dynamics dan Northrop yang sebelumnya sudah memulai perancangan dipilih untuk memproduksi prototip. Pesawat mereka mulai diuji pada tahun 1974. Program LWF awalnya merupakan program evaluasi tanpa direncanakan pembelian versi produksinya, tetapi akhirnya program ini diubah namanya menjadi Air Combat Fighter, dan Angkatan Udara AS mengumumkan rencana untuk membeli 650 produk ACF. Pada tanggal 13 Januari 1975 diumumkan bahwa YF-16 General Dynamics mengalahkan saingannya, YF-17.

Spesifikasi Pesawat Tempur F-16 Fighting Falcon

Karakteristik Umum :

  • Kru: 1
  • Panjang: 49 ft 5 in
  • Lebar sayap: 32 ft 8 in
  • Tinggi: 16 ft
  • Luas sayap: 300 ft²
  • Airfoil: NACA 64A204 root and tip
  • Bobot kosong: 18,238 lb
  • Bobot terisi: 26,463 lb
  • Bobot maksimum lepas landas: 42,300 lb
  • Mesin: 1 unit Pratt & Whitney F100-PW-220 afterburning turbofan
  • Alternate powerplant: 1× General Electric F110-GE-100 afterburning turbofan
Kinerja :
  • Laju maksimum: >Mach 2 (1,320 mph, 2,124 km/h) at altitude
  • Radius tempur: 340 mi on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs
  • Jarak jangkau ferri: >3,200 mi
  • Batas tertinggi servis: >55,000 ft
  • Laju panjat: 50,000 ft/min
  • Beban sayap: 88.2 lb/ft²
  • Dorongan/berat: F100 0.898; F110 1.095
Persenjataan :
  • Senjata api: 1 unit M61 Vulcan gatling gun kaliber 20 mm (0.787 in), 511 putaran
  • Roket: 2¾ in (70 mm) CRV7
  • Rudal: Air-to-air missiles: 6× AIM-9 Sidewinder, 6× AIM-120 AMRAAM, 6× Python-4. Air-to-ground missiles: 6× AGM-65 Maverick, 4× AGM-88 HARM, 4× AGM-119 Penguin
  • Bom: 2× CBU-87 cluster, 2× CBU-89 gator mine, 2× CBU-97, 4× GBU-10 Paveway, 6× GBU-12 Paveway II, 6× Paveway-series laser-guided bombs, 4× JDAM, 4× Mk 80 series, B61 nuclear bomb
wikipedia.org
Read more...
Monday, 19 May 2014

Rusia Akhiri Latihan Militer di Perbatasan Ukraina

0 komentar
Pemerintah Rusia, Senin (19/5/2014), memerintahkan untuk mengakhiri latihan militer yang digelar dekat perbatasan Ukraina, hanya beberapa hari menjelang pemilihan presiden Ukraina.

Dalam langkah yang diambil untuk meredakan ketegangan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan puluhan ribu prajurit Rusia yang dikerahkan ke perbatasan untuk kembali ke barak mereka di akhir masa latihan musim semi itu.


"Terkait dengan berakhirnya latihan militer musim semi yang termasuk di dalamnya pergerakan pasukan di wilayah Rostov, Belgorod dan Bryanks, presiden Rusia memerintahkan semua pasukan kembali ke barak mereka," demikian pernyataan resmi Kremlin.

Namun, Kremlin mengatakan Putin juga menuntut agar pasukan pemerintah Ukraina yang pro-Barat menghentikan operasi militernya melawan para pemberontak di wilayah timur negeri itu dan menarik mundur pasukannya.

Kehadiran puluhan ribu pasukan Rusia tak jauh dari perbatasan Ukraina memicu kekhawatiran terjadinya invasi Rusia ke wilayah timur Ukraina. Apalagi pada Maret lalu, Rusia resmi menganeksasi Semenanjung Crimea yang awalnya adalah wilayah kedaulatan Ukraina.

AWal bulan ini, Presiden Putin juga pernah mengatakan telah menarik mundur 40.000 prajurit dari wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Ukraina dan kembali barak masing-masing.
Namun, Washington dan NATO yang melakukan pemantauan, tidak melihat adanya tanda-tanda Rusia menarik mundur pasukannya.

Read more...
Sunday, 18 May 2014

Pesawat Tempur Mikoyan MiG-29 Fulcrum

1 komentar
Mikoyan MiG-29 Fulcrum adalah pesawat jet tempur yang dibuat oleh biro Mikoyan-Gurovich (MiG) Rusia,dirancang untuk mengganti pesawat MiG-21, MiG-23, Su-15 and Su-17. Dimana kemampuannya sama dengan pesawat tempur Amerika Serikat F-18 Hornet. MiG-29 menggabungkan sebanyak mungkin antara ukuran besar dan dalamnya (larger and deeper) leading-edge root extensions (LERXs) yang memungkinkan manuver dengan sudut serang yang tinggi. Pada ujung sayap (leading edge) terdapat kisi-kisi tambahan untuk lubang masuk udara dimana berguna ketika lubang masuk udara (inlet) tertutup ketika di darat dan terbuka ketika take off (mengudara). Teknik ini berguna untuk menghindari kotoran dan debu masuk ke dalam mesin ketika berada di taxi way menjelang lepas landas atau mendarat, yang dapat merusakkannya.

Hidung pesawat yang berukuran cukup besar dimaksudkan untuk menempatkan radar yang berdaya jangkau tinggi serta berkemampuan lihat-tembak-bawah (look-shoot-down), penuntun laser dan perlatan sensor inframerah serta menempatkan helmet-mounted target-designation system. Sekalipun tidak dilengkapi dengan sistem kontrol fly-by-wire sebagaimana F-16 misalnya, MiG-29 Fulcrum memiliki kemampuan untuk menghadapi pesawat pesawat tempur buatan barat.

Pesawat MiG-29S adalah hasil upgrade (penambahan kemampuan) dengan sistem avionik, penambahan ukuran fuselage (badan pesawat) yang memungkinkan memiliki kapasitas bahan bakar yang lebih banyak. Salah satu varian lanjut adalah MiG-29 M yang dilengkapi dengan kontrol fly by wire dan dilengkapi dengan HUD (head up display) dan peralatan kokpit pesawat secara digital (glass cockpit). Pada model ini, peralatan pintu tambahan pada lubang masuk udara (air intake) dibuang karena dianggap membebani seperti pada model model terdahulu.

Angkatan laut Uni Soviet menggunakan pesawat jenis ini yang dipasang pada kapal induk kelas Admiral Kuznetsov dengan tipe MiG-29K. Selain tipe Sukhoi SU-33.

Data-data

  • Terbang Pertama kali
    1. MiG-29 : 6 Oktober 1977
    2. MiG-29M : 1989
    3. MiG-29UBT : 8 Oktober 1998
  • Masuk Operasional : 1983
  • Crew : 1 orang pilot
  • AIRFOIL SECTIONS:
    1. Wing Root : unknown (tidak diketahui)
    2. Wing Tip : unknown (tidak diketahui)
  • DIMENSIONS (ukuran) :
    1. Panjang {Length) : 56.83 ft (feet) (17.32 m)
    2. Rentang Sayap (Wingspan) : 37.29 ft (11.36 m)
    3. Tinggi (Height) (Sampai ujung sirip tegak stabilizer) : 15.54 ft (4.73 m)
    4. Luas Permukaan Sayap (Wing Area) : 408 ft2 (38.0 m2)
    5. Luas Permukaan Canard (Canard Area) : -
  • Bobot :
    1. Kosong (Empty) : 24,030 lb (10,900 kg) (1 pounds (lbs) = 0.45359237 kilogram)
    2. Typical Load : 33,600 lb (15,240 kg)
    3. Max Takeoff : 40,785 lb (18,500 kg)
    4. Kapasitas bahan bakar (Fuel Capacity} : -
  • Max Payload : 6,614 lb (3,000 kg)
  • Propulsi :
    1. Mesin (MiG-29A) : dua Klimov/ Sarkisov RD-33 turbofan dengan afterburner dengan daya dorong (RD-33): 36,600 lb (162.8 kN)
    2. (MiG-29M): dua Klimov/ Sarkisov RD-33K turbofan dengan afterburner dengan daya dorong (RD-33K): 41,450 lb (184.44 kN)
Performance
  • Max Level Speed :
    1. at altitude: 1,520 mph (2,445 km/h) at 36,090 ft (11,000 m), Mach 2.3
    2. at sea level: 805 mph (1,200 km/h), Mach 1.06
    3. Initial Climb Rate : 65,000 ft (19,800 m) / min
    4. Service Ceiling : 60,700 ft (18,500 m)
    5. Range typical (jarak tempuh) : 810 nm (1,500 km) 340 nm (630 km) with max payload ferry: 1,570 nm (2,900 km)
    6. g-Limits : -
  • Persenjataan :
    1. Gun (Senapan mesin) : satu unit 30-mm GSh-301 cannon (150 rounds)
    2. Stations (Cantelan senjata /pod) :6 atau 7 hardpoints, pada MiG29K 9 external hardpoints, pada MiG-29M 8 external hardpoints
    3. Air-to-Air Missile (rudal udara ke udara) : R-60/AA-8 Aphid, R-27/AA- 10 Alamo, R-73/AA-11 Archer, AA-12.
    4. Air-to-Surface Missile (rudal udara ke darat) : AS-12, AS-14, AS-17
    5. Bom : free-fall, berpenuntun (guided bombs), cluster bombs (bom tebar)
    6. Lainnya : rocket pods (peluncur roket), ECM, munitions dispensers.
  • VARIANT :
    1. 9-01 : Prototipe (Pre-production model)
    2. MiG-29 'Fulcrum-A', Generasi pertama termasuk beberapa model model berbeda dengan variasi roda depan (roda hidung) nose gear, fin (sirip tegak) , dan rudder arrangements.
    3. MiG-29UB 'Fulcrum-B' Versi Latih, dua awak
    4. MiG-29S 'Fulcrum-C' Pengembangan versi single-seat dengan badan pesawat diperbesar, avionics baru, dan kapasitas bahan bakar yang diperbesar
    5. MiG-29KVP, prototipe MiG-29K yang digunakan untuk test catapult take off and arrestor gear systems untuk pendaratan di kapal induk, serta untuk versi latih dari MiG-29K
    6. MiG-29K 'Fulcrum-D' Versi Kapal induk
    7. MiG-29B Versi Latih, details tidak diketahui
    8. MiG-29UBT strike model Two-seat didesain untuk operasi khusus
    9. MiG-29SaE MiG-29SEh Versi Ekpor MiG-29S
    10. MiG-29SM pengembangan MiG-29SaE dengan kemampuan pengisian bahan bakar di udara (air refuelling), daya angkut yang diperbesar dan berkemampuan untuk membawa versi baru dari AAM (anti aircraft missiles)
    11. MiG-29SMT pengembangan Versi Ekspor dari MiG-29SM, dengan peningkatan kokpit, avionik dan memperbesar jarak jangkau. Dikabarkan mampu membawa rudal berkekuatan tinggi SS-N-22 Sunburn
    12. MiG-29SMT-2 Peningkatan kemampuan dari MiG-29SMT, detail tidak diketahui
    13. MiG-29M Improved Fulcrum, penambahan kemampuan dengan kontrol fly-by-wire, mesin yang dimodifikasi serta perubahan pada sayap dan ekor, kanopi dan berkemampuan untuk mabawa peluru berpenuntun guided-munitions
    14. MiG-29MaE atau MiG-29MEh versi ekspor MiG-29M
    15. MiG-29 'Fulcrum-Plus', varian MiG-29 dengan kemampuan thrust vectoring nozzles
    16. MiG-29N Versi Ekspor untuk Malaysia
    17. MiG-33 Rancangan asli MiG-29M
  • Pengalaman tempur : Gulf War (Perang Teluk) (Irak, 1991}Chechnya (Rusia, 1994- ), Bosnia (Serbia, 1995) Kosovo (Serbia, 1999)
  • Negara-negara pemakai: Rusia, Aljazair, Angola, Belarus, Bulgaria, Kroasia, Kuba, Ceko, Jerman (pensiun 2003), Hongaria, India, Iran, Irak, Kazahkstan, Malaysia, Moldova Korea Utara, Peru, Polandia, Rumania, Slovakia, Syria {Suriah}, Turkmenistan, Ukraina, Uzbekistan, Yaman, Yugoslavia (Serbia-Montenegro), dan Malaysia
wikipedia.org
Read more...
Friday, 16 May 2014

Pesawat Tempur Sukhoi Su-27 Flanker

0 komentar
Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) adalah pesawat tempur yang awalnya diproduksi oleh Uni Soviet, dan dirancang oleh Biro Desain Sukhoi. Pesawat ini direncanakan untuk menjadi saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat (yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet). Su-27 memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Pesawat ini sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich, karena Sukhoi Su-27 dan MiG-29 berbentuk mirip. Ini adalah keliru, karena Su-27 dirancang sebagai pesawat interseptor dan pesawat tempur superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.


Sejarah

Pada tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi F-15). Untuk menghadapi ancaman masa depan ini, Uni Soviet memulai program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir") yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi hasil rancangan Amerika Serikat.

Namun, spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir berat") and the LPFI (Legkiy Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir ringan"). Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat, dimana Amerika Serikat memulai program "Lightweight Fighter" yang nantinya akan menghasilkan F-16. Sukhoi OKB diberikan program TPFI.

Rancangan Sukhoi pertama kali muncul sebagai pesawat sayap delta T-10, yang pertama terbang pada tanggal 20 Mei 1977. T-10 terlihat oleh pengamat Barat, dan diberikan kode NATO Flanker-A. Perkembangan T-10 menemui banyak masalah, yang berakibat pada kehancuran ketika salah satu pesawat ini jatuh pada tanggal 7 Mei 1978. Kejadian ini kemudian ditindaklanjuti dengan banyak modifikasi perancangan, yang menghasilkan T-10S, yang terbang pertama kali pada 20 April 1981. Pesawat ini juga menemui kesulitan, dan jatuh pada tanggal 23 Desember 1981.

Versi produksi pesawat ini (Su-27 atau Su-27S, dengan kode NATO Flanker-B) mulai dipakai Angkatan Udara Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi. Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai aset penting angkatan udara NATO.

Desain

Desain aerodinamisasi dasar dari Sukhoi Su-27 mirip dengan MiG-29 hanya lebih besar. Pesawat ini sangat besar sehingga untuk meringankan beratnya material titanium banyak digunakan (sekitar 30%). tidak ada material komposit yang digunakan. Sayap yang sayung kebelakang menyatu dengan badan pesawat pada perpanjangan leading edge dan pada dasarnya sayap berbentuk delta, hanya bagian ujung luar saja yang dipotong untuk tempat rel rudal diujung sayap. Su-27 bukanlah sebuah pesawat delta murni karena masih mempertahankan bentuk ekor konvensional, dengan menggunakan 2 sirip ekor vertikal di sisi luar kedua mesinnya, dan dibantu dengan 2 ekor tengah melipat kebawah untuk membantu stabilitas lateral.

Mesin turbofan Lyulka AL-31F disediakan tempat yang sangat lebar, tempat yang lebar ini disediakan untuk alasan keamanan dan untuk menjamin aliran udara yang tidak terputus pada bukaan udara masuk. Ruangan yang tercipta di antara dua buah mesin juga menyediakan daya angkat tambahan sehingga mengurangi beban sayap. Saluran penuntun yang bisa digerakan pada bukaan udara masuk memungkinkan pesawat mencapai kecepatan Mach 2+ , dan membantu menjaga aliran udara mesin pada saat sudut alpha tinggi.Sebuah layar penyaring ditempatkan pada bukaan udara masuk untuk melindungi mesin dari kotoran saat lepas landas.

Jet tempur Sukhoi Su-27 adalah pesawat operasional pertama Uni Soviet yang menggunakan sistem kontrol penerbangan fly by wire , dikembangkan berdasarkan pengalaman Sukhoi OKB pada proyek Pengebom Sukhoi T-4. Sistem ini dikombinasi dengan beban sayap yang relatif rendah dan kontrol penerbangan dasar yang kuat , maka menghasilkan pesawat yang luar biasa lincah, tetapi mudah dikontrol walaupun pada kecepatan sangat rendah dan susut serang tinggi. Pada pameran dirgantara , pesawat ini mampu mendemonstrasikan kemampuan manuvernya dengan aksi "patukan kobra" (kobra Pugachev) atau pengereman dinamis - mempertahankan level penerbangan pada sudut serang 120°. Pengarah semburan jet juga sudah di uji coba dan sudah diterapkan pada model-model akhir yaitu Su-30MKI dan Su-37, memungkinkan pesawat untuk berbalik tajam dengan radius putar hampir nol, menggunakan teknik somersault vertikal ke gerakan pelurusan kembali dan mengambang terbatas dengan hidung pesawat menghadap keatas.

Versi laut dari Flanker (lebih dikenal dengan nama Su-33), menggunakan kanard untuk daya angkat tambahan, mengurangi jarak lepas landas (sangat penting untuk pesawat yang beroperasi dari kapal induk tanpa sistem ketapel , Admiral Kuznetsov ). Kanard ini juga digunakan pada beberapa Su-30, Su-35, dan Su-37.

Sebagai tambahan pada kelincahannya , Sukhoi Su-27 menggunakan volume internalnya yang besar untuk menyimpan bahan bakar dalam jumlah besar pula. Pada konfigurasi berlebih untuk jarak tempuh maksimum, pesawat ini mampu membawa 9.400 kg bahan bakar internal, bagaimanapun juga dengan beban seperti itu kemampuan manuvernya menjadi terbatas, dan beban normal adalah 5.270 kg.

Pesawat tempur Sukhoi Su-27 dipersenjatai dengan sebuah kanon Gryazev-Shipunov GSh-30-1 kaliber 30 mm di pangkal sayapnya, dan mempunyai 10 cantelan senjata untuk tempat rudal dan senjata lainya. Standar persenjataan rudal untuk pertempuran udara ke udara adalah campuran dari rudal Vympel R-73 (AA-11 Archer) dan rudal Vympel R-27 (AA-10 'Alamo') , Senjata terakhir mempunyai versi jarak tempuh yang diperjauh dan model kendali infra merah. Varian Flanker yang lebih canggih seperti Su-30, Su-35, dan Su-37 juga bisa membawa rudal Vympel R-77 (AA-12 Adder).

Sukhoi Su-27 mempunyai sebuah display kepala tegak berkontras tinggi yang bisa disetel dan incaran yang dipasang di helm, dimana, bila dipasangkan dengan rudal R-73 dan kelincahan pesawat yang sangat tinggi membuat pesawat ini menjadi salah satu pesawat terbaik untuk pertempuran udara jarak dekat.

Radar Sukhoi Su-27 terbukti menjadi masalah besar dalam pengembangan Su-27. Permintaan awal dari Uni soviet adalah sangat ambisius , mengharapkan kemapuan untuk menyergap multi target dan jarak pantau 200km terhadap pesawat seukuran pengebom (RCS 16 meter persegi untuk sebuah Tu-16). Hal ini akan melampaui kemampuan deteksi radar APG-63 dari F-15 (sekitar 180km untuk target ber-RCS 100 meter persegi) dan kemampuan radar Su-27 ini kira-kira setara dengan Zaslon phased array radar seberat 1 ton yang digunakan di pesawat MiG-31.

Sejarah tempur

Walaupun Sukhoi Su-27 dianggap memiliki kelincahan yang mengagumkan, pesawat ini belum banyak dipakai pada petempuran yang sebenarnya. Pemakaian pesawat ini yang patut disebut adalah pada Perang Ethiopia-Eritrea, dimana pesawat-pesawat Sukhoi Su-27A Ethiopia dipakai untuk melindungi pesawat pengebom MiG-21 dan MiG-23. Pada perang itu, pesawat-pesawat Su-27 tersebut berhasil menghancurkan empat MiG-29 Eritrea. Salah satu pilot yang berhasil menembak jatuh lawan adalah Aster Tolossa, yang menjadi wanita Afrika pertama yang memenangi sebuah pertempuran udara.

Pengguna

Sekitar 680 unit Sukhoi Su-27 diproduksi oleh Uni Soviet, dan 400 dipakai oleh Rusia. Negara mantan Soviet yang memiliki pesawat ini adalah Ukraina dengan 60 pesawat, Belarusia dengan sekitar 25 pesawat, Kazakstan dengan sekitar 30 dan sudah memesan 12 pesawat lagi, dan Uzbekistan dengan 25 buah.

Tiongkok menerima 26 pesawat pada tahun 1991, dan 22 lagi pada 1995. Kemudian pada tahun 1998 mereka menandatangani kontrak untuk lisensi produksi 200 pesawat ini dengan nama Shenyang J-11. Vietnam memiliki 12 Su-27SK dan telah memesan 24 lagi. Ethiopia memiliki 8 Su-27A dan 2 Su-27U. Indonesia mempunyai 2 Su-27SK and 2 Su-30MK serta telah memesan 3 SU-27SKM dan 3 SU-30MK2. Dan Angola telah menerima sekitar 8 Su-27/27UB. Meksiko berencana untuk membeli 8 Su-27s dan 2 pesawat latih Su-27UB.

Amerika Serikat juga disinyalir memiliki satu Su-27 Flanker B dan satu Su-27 UB. Tiga pesawat ini masuk sebagai registrasi sipil, dan salah satunya tiba di Amerika Serikat menggunakan pesawat Antonov-62.

Indonesia (TNI-AU) mulai menggunakan keluarga Sukhoi Su-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30KI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Empat tahun kemudian pada acara MAKS 2007 di Moskow Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak untuk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS.

Spesifikasi Jet Tempur Sukhoi Su-27

Karakteristik umum :

  • Kru: Satu
  • Panjang: 21,9 m
  • Lebar sayap: 14,7 m
  • Tinggi: 5,93 m
  • Luas sayap: 62 m²
  • Bobot kosong: 16.380 kg
  • Bobot terisi: 23.000 kg
  • Bobot maksimum lepas landas: 33.000 kg
  • Mesin: 2 unit Lyulka AL-31F turbofan, masing-masing berdaya dorong 122,8 kN
Kinerja :
  • Laju maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)
  • Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian maksimum
  • Batas tertinggi servis: 18.500 m
  • Laju panjat: 325 m/s
  • Beban sayap: 371 kg/m²
  • Dorongan/berat: 1,085
Persenjataan :
  • 1 unit meriam GSh-30-1 kaliber 30 mm, 150 butir peluru
  • 8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal
  • 6 R-27, 4 R-73
  • Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27
  • Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500
  • AA-11 Archer / R-73
  • AA-10A/B/C/D/E Alamo-A/B/C/D/E / R-27R/T/RE/TE/AE
  • AS-16 Kickback SRAM/ Kh-15/C
  • KAB-500Kr
  • KAB-1500Kr
  • KAB-1500L / 1500F / 1500L-PR
  • KAB-500R
  • KAB-500KRU
  • ODAB-500
  • OEPS-27 Optronic sighting system for SU-27SK
  • AS-11 Kilter / Kh-58E
  • ZHUK FAMILY AIRBORNE RADARS
Read more...
Wednesday, 14 May 2014

Pesawat Tempur EMB 314 Super Tucano

0 komentar
EMB 314 Super Tucano adalah jenis pesawat tempur ringan turboprop yang diproduksi oleh pabrikan pesawat Embraer yang berkedudukan di Brazil. Pesawat tempur yang dikenal memiliki beberapa keunggulan ini telah menarik minat para pejabat TNI AU dan telah memesannya sebanyak 1 Skuadron atau sejumlah 16 unit pesawat tempur EMB 314 Super Tucano. Menurut kabar, 4 dari 16 unit pesawat yang dipesan tersebut bisa disaksikan oleh masyarakat Indonesia pada peringatan hari jadi TNI AU yang ke-65 pada 9 April 2012.

EMB 314 Super Tucano merupakan pesawat latih berkemampuan COIN (Counter Insurgency) atau pesawat serang antigerilya buatan Embraer Defense System, Brasilia. EMB-314 Super Tucano merupakan pengembangan dari EMB-312 Tucano yang telah terjual 650 unit
untuk 15 negara dengan Brasilia sebagai pemakai utama memiliki 130 unit. Penyempurnaan yang dilakukan dari pesawat sebelumnya meliputi sistem avionik, sistem persenjataan dan sistem komunikasi data. Sejak diperkenalkan dan dipakai Brasilia pada tahun 2004, EMB-314 terbukti berhasil melakukan misi penjagaan perbatasan di kawasan Amazon yang terkenal sangat rawan dengan aktivitas penyelundupan dan perdagangan narkotika.

Selain Brazil sendiri, pesawat tersebut juga telah digunakan AU Kolombia, Chili, Republik Dominika dan Ekuador. Embraer juga berencana untuk merambah ke beberapa negara di Asia dan Timur Tengah.

Pada tahun 1995, Embraer memenangi kontrak dari Brasil Air Force (FAB) pengembangan varian Super Tucano, dikenal sebagai proyek pesawat serang ringan ALX. Pesawat ini dioptimalkan untuk kondisi lingkungan di Amazon, Brazil. ALX diciptakan untuk mampu beroperasi disegala kondisi cuaca, siang dan malam, misi dari pangkalan terpencil dan tak beraspal tanah landasan pacu dengan sedikit dukungan. Pesawat produksi pertama selesai pada tahun 1999.

Pada Agustus 2001, AU Brazil menandatangani kontrak pembelian 76 unit EMB 314 Super Tucano dengan konfigurasi 25 unit kursi tunggal (A-29 ALX) dan 51 unit kursi ganda (AT-29 ALX). AT-29 ditempatkan di pangkalan AU-Natal untuk menggantikan posisi AT-26 Xavante yang habis masa baktinya. Salah satu misi utamanya adalah melakukan patroli perbatasan di bawah program sistema de Vigilancia da Amazonia (SIVAM) yakni program pengawasan kawasan Amazon. Pesawat pertama kali dikirim ke AU Brazil pada Desember 2003, hingga September 2007 Embraer telah menyerahkan sekitar 50 unit pesawat kepada AU Brazil. Pengiriman pesawat ini telah diselesaikan di akhir tahun 2009 kemarin.

Selain sebagai pesawat latih tingkat dasar dan lanjutan, Super Tucano juga dapat dioperasikan sebagai pesawat patroli perbatasan dan counter-insurgency operations (operasi penumpasan pemberontakan). Pesawat sanggup bermanuver hingga +7g dan -3.5g. Ukurannya yang kecil sanggup mereduksi sinyal radar dan visual, dikombinasi dengan kecepatan yang tinggi dan lincah dalam bermanuver memberikan tingkat survivability cukup tinggi. Tingkat keamanannya pun bertambahan berkat pelindung baja disekitar kokpit dan critical systems redundancy.

Di bulan Agustus 2001, Embraer mengumumkan penandatanganan kontrak pembelian 10 unit EMB 314 Super Tucano dengan Republik Dominika. Pesawat tersebut akan difungsikan sebagai pesawat latih, keamanan internal, patroli perbatasan dan perang melawan narkotika. Namun belakangan jumlahnya dikurangi menjadi 8 pesawat, dan pada 18 Desember 2009 kemarin telah diserah terimakan 2 pesawat.

Pada Februari 2005, Venezuela menyatakan minatnya membeli 24 unit EMB-314 Super Tucano kepada Brazil dalam 2 tahap. Tahap pertama 12 unit, sisanya di tahap selanjutnya. Namun proses pembeliannya dibatalkan karena tekanan dari Amerika yang memberlakukan embargo kepada Venezuela termasuk semua komponen sukucadang yang dibuat AS. Saat ini Super Tucano masih menggunakan 30% komponen dari AS.

Pada Desember 2005, AU Kolombia memesan 25 pesawat Super Tucano yang akan digunakan untuk berpatroli di sepanjang garis perbatasannya dan untuk keamanan internal. Pengiriman 5 unit pertama dilakukan pada Desember 2006 dan rampung seluruhnya pada Agustus 2008. Pesawat pesanan Kolombia ini menggunakan perangkat avioniks yang dipasok dari Elbit System.

April 2008, AU Chili memutuskan membeli 12 pesawat EMB-314. Kontraknya sendiri ditandatangani pada Agustus 2008. Empat pesawat telah diterima AU Chili (FACH) pada 23 Desember 2009.

Spesifikasi Pesawat Tempur EMB 314 Super Tucano :

  • Jumlah crew : 1 pilot pada versi kursi tunggal, 1 pilot dan 1 navigator / siswa pada versi dua kursi / latih.
  • Panjang : 11,42 meter
  • Rentang sayap : 11,14 meter
  • Tinggi 3,9 meter
  • Luas area sayap : 19,4 meter persegi
  • Berat kosong : 2.420 kg
  • Bobot keseluruhan : 3.600 kg
  • Mesin penggerak utama : 1 unit Pratt & Whitney Canada PT6A-68C turboprop, 1,600 hp (1,193 kW)
Kinerja:
  • Kecepatan penuh : 557 km/jam
  • Jarak jelajah : 1.568 km
  • Ketinggian terbang maksimum : 10.668 meter
  • Kecepatan panjat : 14,9 meter/detik
Persenjataan:
  • 2 unit senapan mesin kaliber 12,7 mm FN Herstal M3P
  • Bom hingga bobot total 1.500 kg
  • Roket
  • 2 unit misil MAA-1 Piranha
Avionik:
  • FLIR
tribunnews.com, wikipedia.org
Read more...
Monday, 12 May 2014

Pesawat Tempur F-15 Eagle

0 komentar
F-15 Eagle adalah pesawat tempur taktis segala cuaca yang dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan superioritas udara dalam pertarungan di langit. Pesawat ini dikembangkan dan diproduksi McDonnell Douglas untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, dan pertama kali terbang pada Juli 1972. F-15E Strike Eagle adalah variannya yang merupakan pesawat tempur serang yang mulai dipakai pada tahun 1989. Angkatan Udara Amerika Serikat berencana untuk tetap menggunakan F-15 sampai tahun 2025.

Pada Perang Korea, pesawat tempur Amerika Serikat yang dapat mengalahkan pesawat tempur MiG-15 Soviet adalah F-86 Sabre. Kemudian pada tahun 1965, komunitas pesawat tempur dikejutkan dengan hancurnya pesawat-pesawat modern F-105 Thunderchief oleh MiG-17
era pasca-Perang Korea, pada Perang Vietnam. Intelijen Angkatan Udara Amerika Serikat kemudian mengetahui bahwa Uni Soviet sedang dalam tahap mengembangkan pesawat tempur yang lebih besar, yang dinamakan MiG-25. Pada Perang Vietnam, pesawat yang memiliki persenjataan, jarak jangkau, dan kelincahan yang cukup untuk mengalahkan pesawat tempur buatan Soviet hanyalah F-4 Phantom II. Namun, pesawat ini masih memiliki banyak kelemahan.

Angkatan Udara AS membutuhkan pesawat yang lebih baik dari F-4 Phantom. Setelah menolak program VFX Angkatan Laut AS (yang akhirnya menghasilkan F-14 Tomcat), Angkatan Udara AS membuat program mereka sendiri, yaitu FX (Fighter Experimental), dengan spesifikasi untuk pesawat tempur superioritas udara yang relatif ringan. Tiga perusahaan menyerahkan proposal, yaitu Fairchild Republic, North American Rockwell, dan McDonnell Douglas. Angkatan Udara AS mengumumkan bahwa mereka telah memilih McDonnell Douglas pada tanggal 23 Desember 1969. Desain yang terpilih menggunakan sayap ekor ganda mirip dengan F-14, namun tidak menggunakan sayap lipat.

Versi paling pertamanya, yang diberikan nama F-15A untuk varian kursi tunggal dan F-15B untuk varian berkursi ganda, digerakkan oleh mesin yang baru, Pratt & Whitney F100, yang dapat mencapai perbandingan dorongan dengan berat rasio 1 banding 1. Meriam tanpa selongsong 25 mm Ford-Philco GAU-7 yang awalnya dikembangkan untuk pesawat ini dibatalkan karena menemui masalah pengembangan, dan digantikan meriam M61 Vulcan standar. F-15 juga melanjutkan pemakaian empat rudal Sparrow, sama seperti Phantom. Sayap tetap F-15 terpasang pada badan pesawat yang dibuat lebar dan datar, yang membantu sayap memberikan dorongan ke atas. Pengembangan F-15E Strike Eagle juga akhirnya menghasilkan pesawat untuk menggantikan F-111 Aardvark.

Namun, perdebatan di dalam tubuh Angkatan Udara Amerika Serikat mengenai F-15 Eagle yang terlalu besar sebagai pesawat tempur superioritas udara, dan dinilai terlalu mahal untuk diproduksi secara menyeluruh menggantikan F-4 dan A-7 mengakibatkan dimulainya program Light Weight Fighter (Pesawat Tempur Ringan), yang akhirnya akan menghasilkan pesawat tempur ringan F-16 Fighting Falcon dan pesawat tempur menengah F/A-18 Hornet.

Pada 2 November 2007, F-15C jatuh pada latihan di Missouri. Sang pilot selamat melontarkan diri, tetapi kecelakaan ini memicu pelarangan terbang (grounded) bagi pesawat F-15 Eagle. Kecelakaan pada awalnya dipercaya karena kegagalan struktur pesawat sehingga pecah saat terbang. Pada 3 November 2007, semua F-15 dilarang terbang untuk semua misi yang tidak kritis (non-mission critical). Hari berikutnya larangan ini diperluas pada pesawat yang beroperasi (non-critical mission) di timur tengah. Pada 13 November 2007 lebih dari 1,100 pesawat dilarang terbang di seluruh dunia setelah Israel, Jepang dan Saudi Arabia juga melarang terbang pesawat F-15 mereka. Pada 14 November, Model F-15E diperbolehkan terbang setelah setiap pesawat di inspeksi.

Spesifikasi Jet Tempur F-15 Eagle

Karakteristik umum

  • Kru : 1
  • Panjang : 63,8 ft
  • Lebar sayap : 42,8 ft
  • Tinggi : 18,5 ft
  • Luas sayap : 608 ft²
  • Bobot kosong : 28.000 lb
  • Bobot terisi : 44.500 lb
  • Bobot maksimum lepas landas : 68.000 lb
  • Mesin : 2 unit Pratt & Whitney F100-100,-220, atau -229 turbofan
Kinerja
  • Kecepatan maksimum : Mach 2,5 (3.018 km/jam)
  • Jarak jangkau terjauh : 3.000 nm dengan bahan bakar eksternal
  • Batas ketinggian maksimum penerbangan : 65.000 ft
  • Laju panjat : >50.000 ft/min
  • Beban sayap : 73,1 lb/ft²
  • Dorongan/berat : 1,12 (-220), 1,30 (-229)
Persenjataan
  • Cannon : 1 unit cannon M61A1 Vulcan kaliber 20 mm, 940 butir peluru
  • Titik keras : 4 sayap, 4 badan, 2 stasiun sayap, stasiun tengah dengan kapasitas 7.300 kg
  • Rudal : AIM-7F Sparrow, AIM-120 AMRAAM, AIM-9 Sidewinder
Avionik
  • Radar : Raytheon AN/APG-63 atau AN/APG-70 atau Raytheon AN/APG-63(V)2 Active Electronically Scanned Array (AESA)
  • Countermeasures : AN/APX-76 IFF interrogator, AN/ALQ-128 radar warning suite, AN/ALR-56 radar warning receiver, ALQ-135 internal countermeasures system, AN/ALE-45 chaff/flare dispensers
Wikipedia.org
Read more...
Sunday, 11 May 2014

Pesawat Tempur IAI Kfir Israel

0 komentar
IAI Kfir merupakan pesawat tempur buatan Israel dimana memiliki bentuk yang serupa dengan pesawat buatan Dassault yaitu Mirage III. Kfir dikembangkan dari pesawai tempur buatan Israel yang mengambil dari bentuk Mirage III tanpa lisensi yaitu Nesher. Hal ini diakibatkan Prancis memberlakukan embargo terhadap Israel , padahal dari awal Israel merupakan first export consumer Mirage III. Apabila Nesher merupakan jiplakan Mirage, sementara pada Kfir sudah banyk perubahan.

Pengembangan ini dimungkinkan karena kemudian Israel membeli pesawat pembom – tempur F-4 Phantom dari As beserta mesinnya GE J79. Dengan mesin j79 ini, kfir pertama yang berkursi ganda terbang perdana pada akhir 1970. Berbagai perubahan substansial terhadap rancangan mula Mirage dilakukan oleh IAI. Antara lain bagian belakang badanya diperbesar karena pemakaian titanium untuk melindungi airframe dari pasan mesin J79. Selain itu ada tambahan canard dan berbagai perubahan lain, hingga akhornya Kfir-C2 diputuskan sebagai pesawat baru yang definitive pada tahun 1976. Negara lain yang pertama membeli kfir adalah Ekuador kemudian Kolombia.

Pesawat buatan Israel dari mengopi mirage yang disesuaikan dengan keperluan itu ternyata berhasil dengan baik. Dari segi persenjataan mampu membawa berbagai jenis senjata, baik buatan Israel maupun AS. Berbagai varian Kfir juga dibuat, diantaranya ada yang disewa oleh Korps mariner dan AL AS untuk latihan dan difungsikan sebagai pesawat aggressor. Kini Kfir juga dipakai oleh Sri Lanka dalam perangnya melawan separatis Macan Tamil.

Persenjataan
Sejumlah Kfir yang dioperasikan Ekuador tak hanya berfungsi sebagai pesawat penyergap. Berkat upgrade yang dilakukan Kfir Ekuador juga sanggup berperan sebagai pesawat pembom. Senjata reguler Kfir Ekuador antara lain sepasang rudal Rafael Shafir IR homing air to air missile, sejumlah bom buatan AS dan Israel serta kanon DEFA 553 kaliber 30mm.

Kfir mempertahnkan sayap delta Mirage dengan sedikit modifikasi. Penambahan slot “sawcut” dan perpanjangan bagian luar sayap meningkatkan performa pesawat. Canard yang dipantek di bagian depan pesawat mengurangi jarak take-off hingga 1.500 kaki dan memiliki efek dramatis dalam kecepatan berbelok.
Semua Kfir memiliki hidung langsing yang dilengkapi avionic lengkap tapi kekurangan radar multi-mode. Pucuk hidung menutupi antenna radar Elta EL/M-2001B . Kfir ditenagai mesin tunggal General Electric J79-J1E. J1E merupakan versi modifikasi dari J79-GE-17 dan diklaim sebagai versi paling bertenaga dari produksi J79.
Read more...
Friday, 9 May 2014

Pesawat Tempur Tornado Jerman

0 komentar
Tornado IDS Luftwaffe Jerman
--------------
Panavia Tornado adalah pesawat tempur dua mesin bersayap variabel yang dibuat bersama oleh Inggris, Jerman Barat dan Italia. Ada 3 varian utama dari pesawat ini Tornado IDS (serang darat), Tornado ECR
(Perang Elektronika/intai) dan Tornado ADV (Varian pertahanan udara/Air Defence Variant atau pesawat buru sergap).
RAF Tornado GR4 during Operation Telic.
---------------------------------
RAF Tornado GR4 (ZA597) at an English air display, with wings partially swept
-------------------------------
Luftwaffe Tornado ECR
------------------------------
Read more...
Wednesday, 7 May 2014

Pesawat Tempur F/A-18 Hornet

0 komentar
F/A-18C milik Korps Marinir Amerika Serikat
---------------------------------
F/A-18 Hornet buatan McDonnell Douglas (kini menyatu ke dalam Boeing) adalah pesawat tempur supersonik serbaguna yang dapat dioperasikan dari dan ke kapal induk di segala cuaca, dirancang untuk
dapat bertempur di udara dan menyerang sasaran di darat (F/A adalah inisial untuk fighter (tempur) dan attack (serang)). F/A-18 adalah turunan dari YF-17 pada dasawarsa 1970-an untuk digunakan oleh Angkatan Laut dan Korps Marinir Amerika Serikat. Hornet juga digunakan oleh angkatan udara di beberapa negara. Pesawat ini telah menjadi pesawat peraga dirgantara bagi Skuadron Peraga Terbang Angkatan Laut Amerika Serikat, Blue Angels, sejak tahun 1986. Hornet berperan sebagai pesawat tempur pengawal, pertahanan udara, perusak pertahanan udara musuh, larangan udara, pesawat serang antigerilya, dan pesawat intai. Keserbagunaan dan keandalannya telah membuktikannya menjadi aset bernilai pada sebuah kapal induk, meskipun ia dikritik karena kelemahannya dalam hal jelajah dan daya muat dibandingkan dengan yang dimiliki pesawat-pesawat mutakhir pendahulunya, seperti F-14 Tomcat dalam hal peran tempur dan serang-tempur, dan A-6 Intruder dan A-7 Corsair II dalam hal peran serang.[3]
F/A-18 Hornet menjadi dasar bagi pengembangan F/A-18E/F Super Hornet, yakni pesawat tempur rancang-ulang F/A-18 yang lebih besar dan evolusioner. Dibandingkan dengan Hornet, Super Hornet berukuran lebih besar, lebih berat, dan terdapat perbaikan dalam hal daya jelajah dan daya muatnya. F/A-18E/F mulanya diusulkan sebagai alternatif bagi pesawat tempur yang sama sekali baru untuk menggantikan pesawat serang yang masih bertugas seperti A-6. Varian yang lebih besar juga diarahkan untuk menggantikan F-14 Tomcat yang sudah hampir uzur, dengan demikian dapat saling berganti-tugas dengan Hornet di Angkatan Laut Amerika Serikat, dan bertugas pada rentang peran yang lebih luas meliputi pengisian bahan bakar di udara, dan anjungan pengacau kelistrikan (electronic jamming platform).[4]
Northrop YF-17 dikembangkan menjadi F/A-18 yang mampu dioperasikan dari dan ke kapal induk.
-------------------
Pengembangan
Asal mula
Pengembangan F/A-18 adalah hasil dari Program Percobaan Tempur-Serang Angkatan Laut Amerika Serikat (VFAX) untuk mendapatkan pesawat tempur serbaguna untuk menggantikan A-4 Skyhawk, A-7 Corsair II, F-4 Phantom II dan sebagai pelengkap bagi F-14 Tomcat. Laksamana Madya Kent Lee, yang kelak menjadi Kepala Komando Sistem Udara Angkatan Laut (NAVAIR), adalah pendukung utama VFAX guna melawan pembangkang kuat dari banyak perwira Angkatan Laut, termasuk Laksamana Madya William D. Houser, wakil kepala operasi angkatan laut untuk peperangan udara - penerbang kelas tertinggi di angkatan laut.[5]
Pada bulan Agustus 1973, Kongres Amerika Serikat memerintah Angkatan Laut untuk mencarikan alternatif murah bagi F-14. Grumman mengusulkan pesawat F-14 yang disederhanakan dan diberi nama F-14X, sedangkan McDonnell Douglas mengusulkan F-15 varian angkatan laut, kedua-duanya hampir semahal F-14.[6] Pada musim panas itu, Menteri Pertahanan Schlesinger memerintahkan Angkatan Laut untuk memberi penilaian pesawat pesaing di Program Pesawat Tempur Ringan Angkatan Udara Amerika Serikat (LWF), General Dynamics YF-16 dan Northrop YF-17.[7] Kompetisi Angkatan Udara mensyaratkan pesawat tempur siang-hari tanpa kemampuan menyerang. Pada bulan Mei 1974, Komite Pelayanan Militer Dalam Negeri mengalihkan dana sebesar $34 juta dari program VFAX ke program baru, yaitu Pesawat Tempur Udara Angkatan Laut (NACF),[7] dimaksudkan untuk membuat penggunaan maksimum teknologi untuk program LWF.[6]
F/A-18 dipasang pada ketapel pada dek penerbangan USS Abraham Lincoln (CVN-72)
---------------------
Perancangan ulang YF-17
Meskipun YF-16 memenangi kompetisi LWF, Angkatan Laut Amerika Serikat merasa ragu bahwa sebuah pesawat bermesin tunggal dan dengan gir pendaratan yang sempit, dapat dengan mudah dan ekonomis diterapkan pada kapal induk. Angkatan Laut juga menolak mengadopsi turunan F-16. Angkatan Laut berupaya dan berjaya memenangi izin untuk mengembangkan sebuah pesawat berdasarkan YF-17. Karena LWF tidak memiliki persyaratan rancangan yang sama dengan VFAX, Angkatan Laut meminta McDonnell Douglas dan Northrop untuk merancang pesawat baru yang tidak berbeda jauh dengan konfigurasi dan prinsip desain YF-17. Pesawat baru ini, yakni F-18, tidak memiliki dimensi inti atau struktur primer yang sama dengan YF-17. Sekretaris Angkatan Laut, W. Graham Claytor, pada 1 Maret 1977 mengumumkan bahwa pesawat ini akan bernama "Hornet".[6]
Northrop telah menyertakan bantuan McDonnell Douglas sebagai kontraktor sekunder dari proposal NACF, untuk memanfaatkan pengalaman ekstensif terdahulu dalam pembuatan pesawat tempur peruntukan kapal induk, termasuk F-4 Phantom II yang sangat sukses. Pada projek F-18, dua perusahaan itu setuju untuk membagi dua pengerjaan, di mana tugas McDonnell Douglas adalah melengkapkan perakitan akhir, setara dengan ~20% pengerjaan. McDonnell Douglas membuat sayap, penstabil, dan badan pesawat bagian depan; Northrop membuat badan pesawat bagian tengah dan belakang, dan penstabil vertikal. McDonnell Douglas adalah kontraktor utama bagi versi Angkatan Laut.[7] Northrop menjadi kontraktor utama dan mengambil alih perakitan akhir bagi F-18L versi landas pacu di darat, di mana Northrop berharap menjual untuk tujuan pasar ekspor.[6]
F-18, mulanya dikenal sebagai McDonnell Douglas Model 267, dimodifikasi secara drastis dari YF-17, di mana konfigurasi dasarnya masih dipertahankan. Untuk penugasan di kapal induk, kerangka pesawat, cantelan pengangkut senjata, dan pengait penangkap diperkuat; sayap yang dapat melipat dan kaitan ketapel disertakan; dan gir pendaratan diperlebar.[8] Untuk memenuhi persyaratan jelajah dan cadangan Angkatan Laut, McDonnell memperbesar daya muat bahan bakar sebanyak 2.020 kg, dengan perluasan sirip belakang dan penambahan 363 liter bahan bakar di tiap-tiap sayap (sayap YF-17 tidak berbahan bakar). Yang paling mudah terlihat, "tonjolan" ditambahkan pada tepi depan sayap dan penstabil untuk mencegah debaran yang ditemukan pada penstabil F-15. Sayap dan penstabil diperluas, badan pesawat bagian belakang diperlebar sebesar 102 mm, dan mesin dimiringkan ke luar pada bagian depannya. Perubahan ini menambah 4.540 kg pada bobot kotor, menjadikannya seberat 16.800 kg. Sistem kendali berbantuan komputer pada YF-17 diganti dengan sistem fly-by-wire yang sepenuhnya digital dengan perulangan ganda-empat, yang pertama dipasang pada pesawat tempur produksi.[8]
Perencanaan semula mendapatkan 780 buah dari tiga model yang berhubungan dekat: pesawat tempur satu kursi F-18A dan pesawat serang darat A-18A, hanya berbeda dalam avioniknya, dan TF-18A dua kursi, yang mempertahankan kemampuan misi penuh F-18,[3] kecuali dengan daya muat bahan bakar yang dikurangi. Dengan perancangan ulang stasiun penyimpanan dan perbaikan avionik dan tampilan layar serbaguna, adalah menjadi mungkin untuk memadukan A-18A dan F-18A ke dalam satu pesawat.[6] Sejak tahun 1980, pesawat ini disebut sebagai F/A-18A, dan rancangannya pertama diluncurkan pada 1 April 1984. TF-18A dirancang ulang menjadi F/A-18B.[3][6]
F/A-18 milik Angkatan Laut Amerika Serikat pada sebuah misi Operation Enduring Freedom pada tahun 2002
-----------------------
F-18L dari Northrop
Northrop mengembangkan F-18L sebagai pesawat yang berpotensi ekspor. Karena F-18L tidak diperkuat untuk mampu bertugas di kapal induk, ia diharapkan untuk berkinerja lebih ringan dan lebih baik,[9] dan menjadi pesaing berat F-16 Fighting Falcon, kemudian ditawarkan ke negara-negara sekutu Amerika. Bobot kotor maksimum F-18L adalah 3.490 kg, hampir 30% lebih ringan daripada F/A-18A, karena gir pendaratan yang lebih ringan, mekanisme sayap lipat dihilangkan, ketebalan di beberapa area pesawat dikurangi, daya muat bahan bakar dikurangi. Meskipun pesawat ini memelihara pengait penangkap yang diperingan, perbedaan bagian luar yang paling jelas terlihat adalah penghilangan "tonjolan" di tepi depan sayap dan penstabil. Pesawat ini masih memelihara 71% kesamaan dengan F/A-18 menurut bobot komponennya, dan 90% sistem bernilai tinggi, termasuk avionik, radar, dan rangkaian ECM, meskipun ada beberapa pilihan yang ditawarkan. Berbeda dengan F/A-18, F-18L tidak menyertakan bahan bakar di sayapnya dan kekurangan stasiun senjata di pipa masuknya. Pesawat ini memiliki tiga penyangga di bawah masing-masing sayap.[10]
Kemitraan antara McDonnell Douglas dan Northrop memanas ketika persaingan ekspor dua model itu dimulai. Northrop merasa bahwa McDonnell Douglas menempatkan F/A-18 pada persaingan langsung dengan F-18L. Pada bulan Oktober 1979, Northrop mengajukan gugatan hukum bahwa McDonnell menggunakan teknologi Northrop yang sebelumnya diperuntukan bagi F-18L untuk tujuan ekspor sehingga dianggap melanggar perjanjian, dan meminta penangguhan ekspor Hornet melalui McDonnell Douglas. Kasus ini diselesaikan pada tahun 1985 ketika McDonnell setuju membayar kepada Northrop sebesar $ 50 juta untuk memenuhi hak pengembangan pesawat, tanpa mengakui kesalahan. Segera setelah itu Northrop menghentikan pengerjaan F-18L, dan sebagian besar pesanan direbut oleh F-16 atau F/A-18.[10]
Sebuah Hornet menampilkan aksi panjat dengan g yang besar pada sebuah pameran dirgantara. Sudut serang yang besar menyebabkan terbentuknya pusaran ujung sayap yang kuat di tepi depan perluasan.
------------------------------------
Menuju produksi
Selama uji terbang, tonjolan pada tepi depan penstabil disertakan, dan celah antara perluasan tepi depan (LEX) dan badan pesawat ditambahkan. Celah-celah, yang disebut "pelepasan udara lapisan perbatasan" (boundary layer air discharge) (BLAD), mengendalikan pusaran-pusaran yang dihasilkan oleh LEX dan memberikan udara bersih kepada penstabil vertikal pada sudut serang yang besar, tetapi mereka juga menghasilkan sejumlah besar geseran yang merugikan, memperburuk masalah jelajah F/A-18 yang tidak memadai. McDonnell mengisi 80% celah, meninggalkan celah yang kecil pada bleed air dari asupan mesin. Ini menjadi pemicu awal masalah dengan keretakan yang melelahkan yang muncul pada penstabil vertikal karena muatan aerodinamis yang ekstrem, hasilnya adalah pemarkiran singkat pada tahun 1984 hingga penstabil selesai diperkuat. Sejak Mei 1988, penadah vertikal kecil ditambahkan pada puncak tiap-tiap LEX untuk memperluas pusaran dan mengarahkannya supaya menjauhi penstabil vertikal. Ini juga memberikan perbaikan kecil dalam hal keterkendalian sebagai dampak samping.[11] F/A-18 versi dini bermasalah dengan laju goncang yang tidak memadai, diperuncing oleh kekakuan sayap yang tidak memadai, terkhusus dengan muatan persenjataan di bawah sayap yang berat. Produksi pertama F/A-18A terbang pada 12 April 1980. Setelah produksi berjalan sebanyak 380 unit F/A-18A[12] (termasuk sembilan diberikan kepada pengembangan sistem penerbangan), pembuatan pesawat ini beralih pada versi F/A-18C sejak September 1987.[3]
Desain
F/A-18 adalah pesawat yang memiliki mesin kembar, sayap tengah, dan dapat menjalani berbagai misi taktis. Pesawat ini sangat lincah, sebagai dampak dari rasio dorongan-terhadap-bobot pesawat yang baik, sistem kendali digital fly-by-wire, dan perluasan tepi depan (leading edge extensions) (LEX). LEX memungkinkan Hornet untuk tetap dapat dikendalikan pada sudut serang yang besar. Ini karena LEX menghasilkan pusaran yang kuat di atas sayap, menghasilkan aliran udara yang bergolak di atas sayap, dan dengan demikian menunda atau menghilangkan pemisahan aerodinamis yang bertanggung jawab bagi kehilangan keefektifan permukaan aerodinamika (stall), memungkinkan sayap Hornet menghasilkan gaya angkat yang besarnya beberapa kali bobot pesawat, meskipun pada sudut serang yang besar. Oleh karena itu, Hornet mampu berbalik pada putaran yang ekstrem dengan rentang laju yang variatif. Penstabil vertikal miring adalah unsur desain pembeda lainnya, dan di antara karakteristik desain lainnya yang memungkinkan kemampuan sudut serang besar pada Hornet adalah penstabil horizontal yang diperbesar, penutup tepi trailing yang diperbesar yang beroperasi sebagai flaperon, flap yang besar dan panjang, dan pemprograman komputer kendali terbang yang melipatgandakan pergerakan tiap-tiap paras kendali pada laju rendah dan memindahkan kemudi vertikal, bukan sekadar ke kiri dan ke kanan. Selimut kinerja sudut serang normal pada Hornet diletakkan untuk pengujian menyeluruh dan perbaikan pada NASA F-18 Kendaraan Penelitian Alfa Tinggi (HARV). NASA menggunakan F-18 HARV untuk memeragakan karakteristik penanganan terbang pada sudut serang yang besar, yakni 65-70 derajat menggunakan baling-baling pemvektor daya dorong.[13] Penstabil F/A-18 juga digunakan sebagai kanard pada F-15S/MTD milik NASA. Hornet adalah salah satu pesawat terdini yang sangat banyak memanfaatkan tampilan serbaguna, di mana pada switch suatu tombol memungkinkan pilot mengendalikan kinerja tempur atau serang-darat atau kedua-duanya. Kemampuan "pengganda kekuatan" ini memberikan komandan operasi keluwesan yang lebih baik dalam hal pengendalian pesawat taktis pada suatu skenario perang yang berubah-ubah dengan cepat. Inilah pesawat tempur angkatan laut yang memadukan bus avionik multipleks digital, yang memungkinkan perbaruan dengan mudah.[3]
F/A-18 Hornet in transonic flight (Note Prandtl-Glauert condensation).
-----------------
Evolusi desain
Pada dasawarsa 1990-an, Angkatan Laut Amerika Serikat merasa perlu untuk mengganti pesawat-pesawat tempurnya yang sudah mulai uzur, seperti A-6 Intruder, EA-6 Prowler, A-7 Corsair II, dan F-14 Tomcat, tanpa memerlukan pengembangan yang wajar. Untuk menjawab kekurangan ini, Angkatan Laut mengembangkan F/A-18E/F Super Hornet. Meskipun perancangannya serupa, Super Hornet bukanlah perbaikan dari F/A-18 Hornet, melainkan pesawat berkerangka lebih besar yang memanfaatkan konsep desain Hornet. Hornet dan Super Hornet bertugas dengan peran yang saling mengisi di dalam cadangan kapal induk Amerika Serikat, hingga dapat dioperasikannya F-35C Lightning II, yang akan menggantikan F/A-18A-D Hornet.
Read more...
 
beritamiliterindonesia © 2014 | Designed By Blogger Templates