Menteri
Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, mengatakan Indonesia cenderung
menggunakan "pendekatan lebih luas" dalam menyelesaikan aksi-aksi
kekerasan yang dilakukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Marty Natalegawa menegaskan hal itu menanggapi rencana tindakan militer Amerika Serikat terhadap ISIS berupa pengiriman 475 personil militer ke Irak tetapi tidak akan berperan dalam pertempuran.
"Penyelesaian yang hanya menggunakan upaya kekerasan itu sifatnya
tidak akan langgeng dan berpotensi menciptakan masalah-masalah baru di
kemudian hari," kata Marty Natalegawa kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (11/9/2014), di Jakarta.
Menurutnya, Indonesia cenderung mementingkan penyelesaian akar atau
sumber permasalahan di Irak dan Suriah ketimbang pendekatan militer
semata. "Memerlukan pendekatan yang lebih luas lagi dari hanya semata
penggunaan kekuatan atau kekerasan," kata Marty.
Sebelumnya, Amerika Serikat telah melancarkan lebih dari 150 serangan
udara melawan kelompok ini di Irak dan memasok senjata bagi tentara
Irak dan pejuang Kurdi untuk memerangi ISIS.
Dalam keterangan persnya, Presiden Obama berjanji bahwa Amerika akan memimpin "sebuah koalisi untuk memukul balik" ISIS.
"Pendekatan kita mungkin berbeda dengan yang lain. Saya kira kita punya sikap sendiri," tegas Jokowi, usai menerima kedatangan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair di kediamannya, Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (11/9/2014).
Jokowi mengaku tidak sepakat dengan agresi militer untuk menumpaskan gerakan ISIS. Sebagai negara dengan jumlah mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia mempunyai cara sendiri untuk meredam gerakan-gerakan radikan seperti ISIS.
"Saya kira Indonesia mempunyai cara sendiri, di mana kita sudah punya pengaman itu sejak 30 bahkan 40 tahun lalu. Pendekatan-pendekatannya mungkin berbeda (bila dibanding dengan Amerika Serikat)," ujar Jokowi.
Menurut Jokowi, untuk menumpas pergerakan ISIS Indonesia lebih memilih menggunakan pendekatan dialog, budaya, dan keagamaan. Dengan cara itu, dia yakin dapat menangkal gerakan ISIS di Indonesia.
Sumber : Kompas dan Liputan 6