berita militer indonesia terbaru

Saturday 7 December 2013

Kapal selam jerman terbaru tipe 212

0 komentar
Kapal Selam Jerman tipe 212 adalah sebuah kapal selam non nuklir mutakhir yang dibuat oleh Howaldtswerke-Deutsche Werft AG (HDW) untuk Angkatan laut Jerman. Kapal ini ditenagai oleh mesin propulsi diesel dan sistem propulsi-bebas udara (air-independent propulsion. AIP) sel bahan bakar hidrogen dengan proton exchange membrane (PEM) buatan Siemens. Kapal selam ini dapat beroperasi pada kecepatan tinggi dengan tenaga diesel atau menggunakan sistem AIP
untuk penjelajahan berkecepatan rendah tanpa suara, menyelam di bawah permukaan air selama tiga minggu tanpa muncul ke permukaan dan tidak mengeluarkan buangan panas. Sistem ini juga dikabarkan bebas getaran, sangat sunyi dan bisa dikatakan tidak dapat dideteksi.
Tipe 212 adalah satu dari hanya dua kapal selam yang dilengkapi sistem propulsi sel bahan bakar yang siap diproduksi pada tahun 2007. Kapal yang lainnya adalah Proyek 677 kapal selam kelas Lada yang didesain oleh Biro Desain Rubin di Rusia.

Daftar kapal

NegaraPennant
number
NamaLaid
down
PeluncuranKomisi
GermanyS181U-31
20 March 200219 October 2005
ItalyS526Salvatore Todaro3 July 19996 November 200329 March 2006
JermanS182U-32
4 December 200319 October 2005
JermanS183U-33
September 200413 June 2006
ItalyS527Scirè27 May 200018 December 200419 February 2007
JermanS184U-34
July 20063 May 2007
JermanS185U-3521 August 2007
planned for 2011
JermanS186U-36

planned for 2012
JermanS528


planned for 2013
ItalyS529


http://id.wikipedia.org


































































planned for 2014   
Read more...
Friday 6 December 2013

INS Vikramaditya dan Menteri Pertahanan India AK Antony berjumpa di Rusia

0 komentar
India menugaskan sebuah kapal induk baru kedalam armada lautnya yang berkembang pesat untuk mempertegas pernyataan aspirasi laut biru AL dan peran AL dalam melindungi jalur komunikasi laut [SLOCs] yang melintas melalui Lautan Hindia.
Rusia menyerahkan kapal induk INS Vikramaditya buatan Rusia ke India tanggal 16 Nov. pada sebuah upacara di galangan kapal Sevmash di Severodvinsk, Rusia Utara. Kapal induk tersebut, yang dulu dikenal sebagai Admiral Gorshkov, pernah menjadi bagian dari AL Soviet. Kapal induk tersebut diperlengkapi ulang untuk AL India dengan biaya sebesar $2,35 miliar USD.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin dan Menteri Pertahanan India, A K Antony menghadiri upacara serah terima bersama Laksamana AL, Devendra Kumar Joshi.
Kapal perang tersebut diserah terimakan pada AL India di galangan kapal Rusia, hampir lima tahun setelah tenggat waktu pengiriman semula yang dijadwalkan pada Desember 2008. Rusia telah menawarkan kapal perang tersebut kepada India tahun 1995 dengan klausul. bahwa India akan membayar biaya perlengkapan ulang.
Kontrak ditandatangani pada Oktober 2000, tetapi negosiasi mengenai biaya perlengkapan ulang telah berlangsung selama beberapa tahun. Sebuah masalah dalam ketel uap terdeteksi sewaktu uji-coba di laut pada bulan Juli 2012, dan diperlukan satu tahun penuh untuk memperbaikinya.
Pada awalnya, kapal perang tersebut telah diresmikan sebagai Kapal AL India [INS] Vikramaditya [yang berarti “setegar sang surya”]. Sekarang, kapal tersebut sedang berlayar menuju India – pelayaran selama enam minggu melalui Terusan Suez – dan akan ditempatkankan di pangkalan laut Karwar, di pesisir barat India, kata AL India. Kapal tersebut mengangkut kru sebanyak 1.400 orang.
“Perkembangan ekonomi India bergantung pada laut dan pengamanan kepentingan maritim nasional berpusat pada kebijakan nasional,” kata Antony setelah para pejabat dari India dan Rusia menandatangani dokumen untuk penyerahan kapal. “Induksi ‘Vikramaditya’ yang diintegrasikan dengan pesawat tempur MiG-29K dan helikopter Kamov-31, tidak hanya memperkuat kebijakan pusat, tetapi juga menambah dimensi baru terhadap kemampuan operasional AL kita,” ia menambahkan, sambil secara sekilas merujuk pada peran “dominasi” New Delhi yang telah diemban di Wilayah Lautan Hindia.
Joshi menjelaskan peran kapal perang baru ini: “Vikramaditya akan membantu kita mencapai sasaran jangka menengah dalam pengoperasian dua kapal induk.”
Kapal induk telah merupakan bagian dari struktur kekuatan AL India sejak 1961, ketika kapal pertama tiba dari Inggris. INS Vikrant telah digunakan selama 36 tahun sebelum dipensiunkan pada tahun 1997. Kapal induk kedua, INS Viraat, tiba pada tahun 1987, lagi-lagi dari Inggris, dan masih melayani AL, bersama Sea Harriers yang ditempatkan di atas dek. Dengan kehadiran Vikramaditya, sekarang AL India akan memiliki dua kapal induk.
Pada bulan Agustus, India meluncurkan INS Vikrant, kapal induk buatan dalam negeri, berbobot 48.502-ton yang dijadwalkan untuk digabungkan pada tahun 2017.
Transformasi relik Soviet
Pekerjaan yang terbesar adalah mentransformasikan relik era Soviet – yang semula diklasifikasikan sebagai “kapal penjelajah berat” dari desain sekelas-Kiev pada tahun 1970-an ke kapal induk modern yang mampu bertahan dan mendominasi laut. Kapal tersebut disandarkan pada tahun 1978 di galangan kapal Nikolayev South di Ukraina, diluncurkan tahun 1982, dan ditugaskan pada AL Soviet pada tahun 1987 dengan nama “Baku” [sekarang ibu kota Azerbaijan]. Saat kejatuhan Uni Soviet pada tahun 1991, kapal tersebut diubah namanya menjadi Admiral Gorshkov. Ledakan ruang ketel pada tahun 1994 telah menyebabkan kapal itu bersandar di dok selama satu tahun.
Pasca transformasi, kapal bertenaga uap ini telah memiliki mesin baru yang menghasilkan dorongan yang lebih besar dengan menggunakan diesel sulfur rendah berkecepatan tinggi. Dek penerbangan telah dirombak. Semula, kapal tersebut dirancang untuk mengangkut helikopter dan pesawat tinggal landas dan pendaratan vertikal [VTOL] Yakolev Yak-38. Kontrak program perlengkapan ulang India termasuk perubahan untuk memungkinkan STOBAR [tinggal-landas jarak pendek tetapi dengan perlengkapan penahan untuk pendaratan melalui mode arresting wires]. Kapal tersebut diperlengkapi ulang dengan “ski-jump” di dek, sementara kait ekor pesawat dan kawat penahan digunakan untuk membantu pendaratan, yang memerlukan perpanjangan dek penerbangan di bagian buritan.
Kapal perang tersebut diperlengkapi ulang dengan radar kompleks "Resistor-E", sistem otomatis yang dirancang untuk memberikan kontrol lalu lintas udara, pendekatan, navigasi pendaratan dan navigasi kisaran pendek untuk pesawat yang terbang dari kapal tersebut. “Kompleks ini berikut berbagai sub-sistemnya memberikan data navigasi dan penerbangan ke pesawat yang dibawa kapal, yang beroperasi pada kisaran yang lebih luas dari kapal induk," kata juru bicara Kementerian Pertahanan India, Sitanshu Kar. “Sistem panduan pendekatan presisi membantu pesawat tempur saat mendekati kapal, untuk diarahkan turun hingga jarak sedekat 30 meter [99 kaki] dari dek penerbangan.”
Sensor dan perlengkapan baru, seperti Radar Pengintaian Udara Jarak Jauh, Electronic Warfare Suite, yang mampu mendeteksi dan menemukan emisi elektronik, telah mengubah kapal tersebut menjadi platform modern. Perlengkapan jenis multi ragam ini diperlukan untuk mengoperasikan berbagai pesawat yang menyertakan pesawat tempur MiG-29K dan Sea Harrier. Helikopter di atas kapal induk akan menyertakan helikopter Kamov-28 berkemampuan anti-kapal selam dan helikopter Kamov-31 dengan perlengkapan peringatan dini untuk tinggal landas.
Dengan kecepatan tertinggi 32 knot dan jarak tempuh sejauh 25.000 kilometer [13.500 mil laut] pada kecepatan jelajah 18 knot, Vikramaditya memiliki panjang 283 meter [928 kaki] dengan lebar badan 51 meter [167 kaki] dan kedalaman 10,2 meter [33 kaki]. Kapal tersebut memiliki empat mesin turbin uap.
MiG-29K ‘serangan jarak jauh dan pasti’
Motto Vikramaditya adalah “serangan jarak jauh dan pasti,” dan sasaran itu akan dicapai dengan pesawat pemburu MiG-29K yang dibawa kapal. Pesawat tersebut memiliki jarak tempuh 1.300 kilometer [807 mil] yang dapat dilipatgandakan dengan pengisian bahan bakar di udara, menggunakan Ilyushin-78 milik AU India yang berasal dari Rusia. Akhiran huruf “K” pada MiG-29K adalah singkatan untuk “Korabelny,” yang berarti kapal yang berasal dari Rusia.
Pesawat tersebut telah dikirim dan ditempatkan di pangkalan Laut di Goa, di mana skuadron MiG-29K pertama diubah namanya menjadi “Black Panthers” yang diresmikan pada bulan Mei. Mesin RD-33MK baru memungkinkan dorongan tenaga lebih besar untuk  pesawat jet tersebut. Radar Zhuk-ME memberikan kisaran deteksi lebih besar pada target udara. Pesawat jet dapat mencapai target di darat, di udara dan di air. Misil jarak menengah “udara-ke-udara” memiliki hulu ledak homing radar aktif. Misil anti-kapal, Kh-31A dan Kh-35A, diperlengkapi dengan hulu ledak homing radar aktif.
Antony memuji kemitraan India-Rusia
Ini bukan yang pertama kali India membeli perlengkapan besar dari Rusia. Beberapa dekade lalu, Moskow telah memasok pesawat jet tempur Sukhoi-30-MKI, tank T-90, peluncur roket multi-barrel, fregat siluman angkatan laut dan bahkan menyewakan kapal selam nuklir kelas Akula.
Antony mengistilahkan hari penyerahan sebagai “hari surat merah” dalam sejarah kerja sama India-Rusia dan menambahkan, “hubungan ini tetap merupakan masalah prioritas tertinggi bagi kedua bangsa.” Ia mengatakan Vikramaditya “telah mendorong kemitraan strategis antara bangsa kita ke tingkat baru….kapal tersebut melambangkan kemitraan strategis khusus dan istimewa yang teruji waktu pada kemitraan kita yang telah lama terjalin.”
India telah menjadi sekutu militer Uni Soviet sejak 1960-an dan berpihak kepada Blok Soviet selama Perang Dingin. Pada dekade lalu, New Delhi telah memupuk hubungan pertahanan dengan A.S. Sebuah deklarasi bersama mengenai produksi bersama perlengkapan militer  diumumkan setelah KTT antara Presiden A.S. Barack Obama dan Perdana Menteri India, Manmohan Singh pada bulan September.

Read more...
Tuesday 26 November 2013

Kirim Kapal Induk, Cina Bibit Ketegangan Baru di Laut Cina Selatan

0 komentar
Cina untuk pertama kalinya mengirimkan kapal induk ke Laut Cina Selatan. Langkah itu menambah ketegangan di kawasan menyusul keputusan Beijing memberlakukan zona pertahanan udara beberapa waktu lalu.
Melalui situsnya militer Cina melaporkan kapal induk Liaoning telah meninggalkan pelabuhan kota Qingdao dengan ditemani dua kapal penghancur dan dua frigates. Beijing enggan memaparkan secara detail program latihan yang akan dilakoni awak Liaoning di Laut China Selatan. Tapi sejumlah pakar meyakini latihan itu juga akan melibatkan manuver lepas landas pesawat tempur.

Liaoning adalah kapal induk pertama yang dimiliki oleh militer Cina. Usai mengalami peremajaan 2012 lalu, kapal yang dibeli bekas dari Ukraina itu sudah terlibat dalam lusinan latihan militer. Namun baru kali ini Beijing mengirimkan kapal tersebut untuk menjalani "penelitian ilmiah, uji coba dan latihan militer" di Laut Cina Selatan.
"Latihan di Laut Cina Selatan adalah bagian dari perjanjian jual beli yang meliputi serangkaian tes dan uji coba," tulis militer Cina dalam keterangan pers-nya.

Mengancam Status Quo di LCS?
Momentum yang dipilih Beijing untuk menggelar latihan militer mengundang kekhawatiran dari berbagai pihak. Sebelumnya Beijing juga telah menerima nota diplomatik berisikan keberatan terhadap rencana pembentukan zona pertahanan udara dari kedutaan besar Amerika Serikat dan Jepang.

Kapal Induk pertama Cina, Liaoning yang dibeli bekas dari Ukraina dan selesai diremajakan 2012 lalu.
Tokyo melalui jurubicara pemerintah Yoshihide Suga menyayangkan langkah tersebut dan menyebutnya sebagai "upaya sepihak untuk mengakhiri status quo di Laut Cina Selatan dengan kekerasan," katanya seusai rapat dewan keamanan nasional di Tokyo. "Langkah itu juga akan memperparah situasi."
Zona Pertahanan Udara (ADIZ) yang dicanangkan pemerintah Cina mencakup kawasan udara pulau Senkaku yang dieperebutkan kedua negara. Berbagai maskapai penerbangan komersil Jepang menyatakan akan menaati peraturan Cina dan mengirimkan daftar penerbangan di kawasan timur Laut Cina Selatan kepada otoritas di Beijing.
"Kami harus membuat keputusan yang searah dengan peraturan internasional," kata jurubicara All Nipon Airways, "keamanan adalah prioritas kami."
Membibit Konflik Baru
Sebaliknya sejumlah negara mengritik keputusan Cina. Pemerintah Jerman mewanti-wanti "langkah tersebut bisa memicu konflik bersenjata antara Cina dan Jepang". Sementara Amerika Serikat mengingatkan bahwa kasus Senkaku termasuk ke dalam perjanjian keamanan AS-Jepang, "pengumuman pemerintah Cina adalah provokasi yang tidak perlu," kata Jurubicara Gedung Putih Josh Earnest kepada wartawan di pesawat Air Force One.
Peta Laut Cina Selatan. Cina mengklaim hampir 80 persen kawasan perairan di utara Indonesia
Dengan menggelar latihan militer di kawasan konflik tersebut Cina juga mengambil risiko konflik dengan Vietnam, Filipina, Malaysia, Taiwan dan Brunei - yang ikut mengklaim kedaulatannya di sebagian wilayah Laut Cina Selatan. Beijing sendiri sejak lama mendeklarasikan laut di utara Indonesia tersebut sebagai bagian dari wilayahnya. Klaim Cina bahkan menyentuh wilayah laut kepulauan Natuna.
Sengketa ke-enam negara terutama seputar klaim kedaulatan di kepulauan Spratly dan Paracel. Sejauh ini tiga negara, Cina, Vietnam dan Filipina yang aktif secara militer di kawasan tersebut. Ketiga negara secara rutin mengirimkan kapal patroli dan bahkan membangun pos militer serta landasan pesawat di sejumlah pulau. 

Read more...
Thursday 21 November 2013

Roket Rusia "Gendong" Satelit-satelit Mancanegara

0 komentar
Satelit Rusia bakal "menggendong" alias mengirim satelit-satelit komunikasi milik beberapa negara di orbit Bumi. Menurut warta Itar-TASSpada Kamis (21/11/2013), peluncuran roket itu dilakukan di Yasny-Dombarovsky di kawasan Tenggara wilayah Orenburg. Data mengenai peluncuran itu dirilis oleh Strategic Rocket Forces Rusia.
Roket Dnepr membawa DubaiSat-2 dari Uni Emirat Arab, STSat-3 dari Korea Selatan, Unisat-5 dari Italia, SkySat-1 dan AprizeSat-7/8 dari AS, Brite-PL dari POlandia, GOMX-1 dari Denmark, dan WNISat dari Kanada.
""Satelit-satelit itu berhasil menempati orbit,"kata pernyataan pengelola peluncuran itu, Kosmotras.

Sejatinya, roket Dnepr adalah roket konversi balistik dari militer Rusia. Roket itu kini dioperasikan oleh gabungan perusahaan Rusia dan Ukraina.

Sementara, kemarin, Kosmotras sudah meluncurkan 18 roket sejenis. Total sudah lebih dari 60 satelit ditempatkan di orbit oleh roket-roket itu. 

Read more...
 
beritamiliterindonesia © 2014 | Designed By Blogger Templates