Rusia semakin mencengkeram Crimea dengan menurunkan 16.000 pasukan ke wilayah otonomi Ukraina tersebut. Pasukan Rusia disebut melakukan provokasi untuk memicu perlawanan dari tentara Ukraina.
Hal ini disampaikan perwakilan tetap Ukraina dalam suratnya ke PBB, Senin 3 Maret 2014, diberitakan Fox News. Dalam surat tersebut, Rusia dikatakan semakin memperkuat posisinya di Crimea dengan menambah pasukan.
"Sekitar 16.000 pasukan Rusia diturunkan ke Crimea dengan kapal-kapal militer, helikopter, pesawat kargo dari wilayah tetangga Federasi Rusia," tulis surat tersebut.
"Pasukan Rusia terus mencoba untuk menguasai, memblokir dan mengendalikan objek pemerintah dan militer Ukraina di Crimea, parlemen Crimea, bandara militer dan sipil, seluruh sistem komunikasi, stasiun radio, layanan bea cukai, pangkalan militer dan penjaga pantai, serta markas angkatan laut Ukraina di Crimea," lanjut surat tersebut.
Dalam surat juga dikatakan, tentara Rusia menggunakan granat kejut terhadap tentara Ukraina. Selain itu, Rusia juga memblokade kapal Ukraina agar tidak bisa masuk ke laut Sevastopol. Jet Rusia juga dua kali telah melanggar wilayah udara Ukraina. Pangkalan udara Ukraina di Kerch juga sudah terkepung.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina, Maksim Prauta, mengatakan empat kapal perang Rusia memblokir akses masuk kapal perang anti-kapal selam Ukraina Ternopil dan kapal komando Slavutych ke pelabuhan Sevastopol.
Menghadapi ancaman Rusia, pasukan Ukraina dilaporkan masih terus bertahan dan berusaha melindungi diri mereka. "Pasukan Ukraina melindungi para staf, unit militer dan pangkalan, dan mereka tidak merespon provokasi yang terjadi beberapa hari terakhir," tulis surat tersebut.
Kisruh politik di Ukraina juga menyebabkan warga Krimea yang mayoritas keturunan Rusia terpecah belah. Pejabat pro-Rusia di Crimea, diberitakan Reuters yang mengutip mantan anggota parlemen Rusia, memotong aliran air dan listrik ke pangkalan militer Ukraina yang dikepung Rusia pada Senin malam.
Walaupun masih mengepung pangkalan militer, namun pasukan rusia belum mengambil alih fasilitas tersebut. Mereka memberikan ultimatum pasukan Ukraina untuk hengkang dari Crimea hingga tenggat waktu Selasa waktu setempat.
Perdana Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk menegaskan bahwa Crimea masih bagian dari Ukraina, walaupun ada ribuan tentara rusia di sana. "Setiap upaya Rusia merebut Crimea tidak akan berhasil. Beri kami sedikit waktu. Untuk saat ini, tidak ada opsi militer ditawarkan," kata dia. (umi)